oleh: Rizza Rezpect
Gambar 1. Nyteris javanica dengan anaknya yang difoto di Gua Lawa Kemandang yang jaraknya sekitar 500 m dari penambangan Semen Gresik. (Foto: C. Rahmadi)
Mungkin banyak yang tahu bagaimana nasib kawasan karst di Indonesia saat ini. Ada beberapa kawasan yang saat ini sudah tidak tertolong lagi seperti Padalarang, Cibinong, Ciampea, Nusakambangan, Ajibarang, Tuban dan kawasan lain yang mungkin belum saya tahu. Namun, semua kawasan tersebut bernasib tak lebih dari onggokan batu yang tidak banyak orang yang peduli dengan kerusakan maupun kehancurannya.
Di Jawa sendiri, masih banyak kawasan yang TERANCAM aktivitas penambangan; terutama tambang semen. Seperti yang diposting oleh Mas Sunu tentang adanya rencana penambangan karst di daerah dekat Grobogan dan yang paling seru adalah masuknya HOLCIM INDONESIA ke daerah TUBAN yang notabene sudah ada aktivitas penambangan Semen Gresik.
Kenyataan seperti ini bertolak belakang dengan statement Menteri LHK saat berkunjung [diikuti beberapa pejabat Dirjen di Kementeriannya] ke Desa Sikayu, Buayan; menemui masyarakat luas yang menolak tambang pt Semen Gombong di kawasan karst Gombong Selatan. Dialog interaktif yang dihadiri 5.000 an warga sekitar, menghasilkan desakan moratorium ijin tambang karst khususnya di seluruh Jawa. Tetapi kenyataan hari ini membuktikan bukan saja kebohongan, tetapi kenyataan yang berkebalikan.
Saya sempat mengunjungi beberapa gua di Tuban salah satu yang menarik adalah Gua Lawa Kemandang yang letaknya tidak lebih dari 1 km dengan penambangan Semen Gresik (Lihat Peta). Sementara gua vertikal dengan kedalaman sekitar 10 meter ini dihuni oleh ribuan kelelawar dari berbagai jenis. Salah satu jenis yang paling menarik adalah temuan Nycteris javanica yang konon sangat jarang ditemui di gua-gua di Jawa dan biasanya populasinya sangat kecil. Gua ini letaknya persis dibelah oleh batas penambangan Semen Gresik yang sekitar 20 meter dari gua terdapat patok batas konsesi.
Gambar 2. Lokasi penambangan Semen Gresik dengan lokasi Gua Lawa Kemandang yang dihuni oleh ribuan kelelawar dan ratusan kecoak gua. Akankah berakhir?? (Provided by GOOGLEEARTH)
_____
Saya membayangkan jarak gua dengan ‘ban berjalan’ saja kurang dari 500 m (lihat gambar). Bayangkan 5-10 tahun ke depan… Gua ini akan terbelah dan otomatis gua hancur dan hancurlah habitat berbagai jenis kelelawar dan arthropoda seperti kecoak yang jumlahnya ratusan. Sedangkan kelelawar sendiri sangat berperan dalam mengendalikan hama untuk pertanian dan beberapa juga membatu penyerbukan dan penyebaran biji.
Bayangkan saja seandainya kelelawar habis dari Tuban, seperti Gua Ngerong dll yang jumlahnya jutaan pasti bencana ekologis yang tak pernah terbayangkan akan membayangi daerah Tuban dan sekitarnya. Bayangkan jika hama pertanian tidak ada lagi yang memakan, populasinya akan membludak dan tidak terkendalai dan habislah lahan pertanian sperti sawah yang hancur tak menghasilkan beras karena tak menghasilkan daun karena digerogoti wereng coklat. Bayangkan seandainya tidak ada kelelawar pemakan buah, siapa yang mau menyerbuki buah Durian yang kita sukai, siapa yang mau menyebarkan biji jambu dan siapa yang akan menyebarkan dan menyerbuki Mangrove yang membentengi pantai utara dari ABRASI dan bahkan TSUNAMI …
Mungkin orang anggap itu suatu hal yang mustahil, namun itu akan terjadi seandainya kita mau melihat dengan seksama gejala alam yang terjadi di sekeliling kita.
Gambar 3. Ribuan kelelawar di Gua Lawa kemandang yang bepotensi mengendalikan hama pertanian dan sekaligus menyedikan makan bagi berbagai jenis hewan di bawah tempat bertenggernya (C. Rahmadi)
_____
Rencana pembukaan penambangan HOLCIM INDONESIA di Tuban telah membuat Edi Toyibi salah satu pejuang karst di Tuban miris. Demonstrasi yang digerakkannya untuk membendung rencana penambangan telah banyak membuahkan bencana bagi dirinya, dari yang disebut vokal lah, tidak pro pembangunan dan akhirnya dicoret dari daftar pegawai Pemda; tidak menyurutkan semangatnya untuk menyelamatkan kelestarian karst nya..
Apa yang bisa kita perbuat??? Apa kita hanya diam sementara teman kita berjuang di garis depan untuk meyelamatkan tanah lahirnya dari bencana penambangan. Amdal sepertinya sudah berjalan dan saya dengar dari Pak Eko Haryono; Amdalnya dilaksanakan oleh ITS. Mungkin tidak banyak rekomendasi yang mampu membendung terlaksananya proyek penambangan ini, karena apalah arti 5 jenis kelelawar, 50 jenis arthropoda bagi pembangunan.. Namun sebenarnya mereka telah harus berterima kasih dengan kelelawar dan berbagai jenis arthropoda gua, karena bagaimanapun kecilnya mereka.. Mereka diciptakan untuk menjadi bagian dari KESEIMBANGAN EKOSISTEM.
Mungkin saya berkhayal bisa menghentikan rencana penambangan bernilai jutaan dolar dengan satu jenis baru laba-laba gua sperti yang terjadi di Australia atau sekelompok kelelawar yang menghuni gua di kawasan rencana penambangan. Namun saya tidak pernah mampu membayangkan apalagi mengkhayalkan dampak penambangan yang makin menambah sesak Tuban. Mungkin judul film COLATERAL DAMAGE bisa menjadi ilustrasi bencana ekolologis di masa yang akan datang dan orang tidak akan pernah menyadari bahwa semua itu dampak dari penambangan saat ini.
Warga Tuban akan makin menangis dengan sulitnya mencari air karena matinya berbagai sumber mata air dan petani sekitar RENGEL mungkin akan menangis karena tidak ada lagi air yang mengairi dan apalagi membawakan PUPUK GRATIS dari GUA NGERONG. Mereka harus berjuang mengairi sawah dengan memompa air dari Sungai Bengawan SOlo dengan menghabiskan ratusan ribu untuk membeli bensin dan menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk membeli pupuk untuk sawahya…. Mungkin ini sekedar ilustrasi ..
Namun saat ini apakah kita hanya diam, sementara komunitas kita terlalu besar hanya untuk diam, apakah kita tidak bisa menyuarakan suara kita. Saat ini kita punya banyak orang yang kompeten di bidangnya, ada Pak Eko Haryono yang bisa bicara GEOMORFOLOGI ada Pak ADjie yang bisa bicara dampak penambangan bagi HIDROLOGI, ada Mas Bodong yang bisa berjuang dengan KLHnya …ada HIKESPI yang nota bene official organisasi di Indonesia untuk Speleologi …
Mungkin kita bisa merapatkan barisan untuk bisa lebih menyuarakan perlunya melestarikan karst.
Diedit oleh: MKGS
0 komentar:
Posting Komentar