PONOR: Revitalisasi ponor yang diprakarsai Perpag (Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong) dilakukan secara gotong-royong dengan pelibatan luas warga Desa Sikayu, Buayan. Pekerjaan ini, meskipun tak dilakuan setiap hari, telah dimulai sejak Kamis (20/12/2018); hingga pergantian tahun baru 2019. [Foto: Agus Fujiyanto]
Apa yang dilakukan Perpag (Persatuan Rakyat Penyelamat
Karst Gombong) di penghujung tahun 2018 memang mesti diapresiasi semua pihak.
Kesanggupan organisasi ini dengan mendorong pelibatan luas masyarakat, terutama
kalangan pemuda desa; tak cuma jargon belaka.
Malam itu, beberapa pemuka adat dan pegiat organisasi mendatangi
rumah Agus Fujiyanto untuk membahas kabar silam amblesnya beberapa ponor di
kawasan hulu Desa Sikayu.
Ponor adalah celah permukaan bumi yang berfungsi sebagai
gerbang resapan air permukaan tanah untuk kemudian masuk dalam suatu sistem
hidrologi dan membentuk tata air di dalam perut bumi. Secara kasat, ponor ini
bisa dianalogikan sebagai lubang biopori yang
dalam skala kecil bisa berfungsi sebagai lubang resapan air tanah.
Manfaatnya
dalam skala makro akan menjaga pasokan serta ketersediaan air tanah. Fungsi turunan
lainnya, ponor punya kemampuan dan dapat berfungsi sebagai pengendali ancaman
banjir bandang pada musim curah hujan
tinggi.
Meski di kawasan karst Gombong selatan, terutama di Desa
Sikayu, belum ada data pasti mengenai berapa jumlah ponor yang ada di sana, sebagaimana
disinyalir Agus Fujiyanto; namun penduduk meyakini jumlahnya bukan lagi puluhan
tetapi bilangannya mencapai ratusan. Keyakinan ini diamini ketua Perpag
sendiri, H Samtilar. Juga para tetua lainnya seperti Siabu, Sutoyo, Sumeri,
Joni, Srawin dan lainnya.
Perbincangan malam itu di perbukitan karst Desa Sikayu
sampai pada cerita seputar amblesnya beberapa ponor yang tentu saja tak selesai
kalau hanya dibahas. Dalam konteks apa yang mesti dilakukan, akhirnya para
tetua menyerahkan tugas ini kepada Agus malam itu, untuk bersama pemuda lainnya agar aktif dan terlibat langsung dalam pekerjaan revitalisasi ponor ini.
Hasilnya, ada sekitar 30-an relawan desa tergabung dalam
tim kerja, yang meski tak setiap hari, namun secara tetap maupun bergiliran secara
gotongroyong memulai pekerjaan penggalian ulang ponor agar bisa kembali
berfungsi. Pekerjaan kolektif ini dilakukan mulai Kamis (20/12) hingga
melampaui pergantian tahun baru 2019.
Ponor Sawi
Banjiran 2
BANJIRAN 2: Ponor Sawi atau disebut pula Ponor Banjiran 2 yang pernah runtuh ini tengah direvitalisasi; dipenuhi limpahan air. Tim pekerja berencana akan melakukan tusukan bor untuk membuka akses ke aliran sungai bawah tanah di kedalamannya [Foto: Agus Fujiyanto]
Banyak kisah tutur seputar keberadaan ponor di kawasan
bentang alam karst (KBAK) Gombong selatan, dan juga di luar kawasan lindung eco-karst ini; lengkap dengan narasi dalam
bentuk legenda maupun cerita rakyat setempat.
Selain cerita tutur yang sisanya masih lekat dalam
ingatan kolektif para sepuh Desa
Sikayu, Ponor Sawi, atau disebut juga Banjiran 2, merupakan ponor aktif yang
diduga kuat memiliki tembusan mengaliri sumber air permukaan Lepen Jeblosan di
dusun Karangkamal. Itu sebabnya Ponor Sawi menjadi salah satu pilihan buat
direvitalisasi.
Secara kasat ponor ini terpeta berada di sebelah timur
Gua Pucung yang merupakan salah satu “pusat” tata air (hydrosistem) karst
Gombong selatan dan ketinggian sumber airnya sekitar 5 meter masih di bawah permukaan
sumber air Gua Pucung. Anehnya, hasil uji Water-Tracing
yang dilakukan bagi riset akademik (dengan pelibatan kawal pemuda Perpag) dan
dimula dari Gua Pucung tak muncul eksesnya di Lepen Jeblosan.
Artinya, diduga kuat aliran sungai yang berada di bawah
Ponor Sawi merupakan aliran sungai bawah tanah lain yang berbeda dengan
keluaran, misalnya, Gua Candi ke Kali Sirah maupun sumber-sumber air permukaan lainnya.
Tim penggalian revitalisasi mensinyalir bahwa sungai di bawah Ponor Sawi
memiiki aliran tersendiri yang bersumber dari tandon lain di Desa Banyumudal.. []
0 komentar:
Posting Komentar