oleh Nuswantoro, Kebumen - 22 February 2016
Hamparan sawah menghijau di teras sisi utara pegunungan
karst, Kecamatan Buayan, Kebumen, satu bulan lagi panen. Berkat sumber air
melimpah, sawah mereka mampu panen tiga kali dalam setahun. Sumber air itu dari
beberapa mata air di sepanjang Pegunungan Karst Gombong Selatan.
Air memang berkah bagi warga Buayan, dan kecamatan
sekitar pegunungan itu seperti Kuwarasan, Adimulyo, dan Puring. Wilayah ini tak
pernah kesulitan air apalagi kekeringan. Bahkan, sumber air dipakai PDAM
menyuplai kebutuhan air di Kebumen.
Selain mengandalkan irigasi, petani banyak memanfaatkan
ubalan. Suhaji, warga desa Sikayu, mengatakan, ubalan adalah mata air kecil
yang seperti muncul begitu saja di sawah-sawah mereka. Meski pada kemarau debit
turun, tetapi saluran irigasi tak pernah kering.
“Ubalan ini ratusan. Bisa muncul di mana saja, tengah sawah, pinggir jalan, lereng-lereng. Petani juga mengandalkan aliran tersier sejak zaman Belanda,” katanya, di Sikayu, Rabu (17/2/16).
Kini, warga Buayan terutama Desa Sikayu resah, menyusul
pengumuman Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kebumen 3
Februari 2016. Dalam selembar kertas itu BPMPT mengumumkan permohonan izin
lingkungan PT Semen Gombong, anak perusahaan Medco.
Kepala Desa Sikayu, Buayan, Kebumen, Teguh Prihatin memperlihatkan
surat pengumuman permohonan izin lingkungan PT Semen Gombong. Foto: Nuswantoro
Warga khawatir penambangan di gunung karst berdampak pada
pasokan air mereka. Lapiyo, Wakil Ketua Persatuan Rakyat Penyelamat Karst
Gombong (Perpag) mengatakan, sejak lahir, bahkan dari zaman dulu pasokan air
tak pernah bermasalah.
“Kalau gunung karst dirusak makhluk hidup yang bergantung kepada air bagaimana? Manusia kesulitan air, sawah kering, ikan mati.”
Atas pengumuman itu, Perpag Rabu (10/2/16) menggelar aksi
menolak Semen Gombong yang mengincar bahan tambang gunung karst mereka. Warga
tak rela gunung karst jutaan tahun menopang kehidupan warga dikeruk untuk
pabrik semen.
“Tanah sini saya coba bor 25 meter tidak keluar air. Untuk mendapatkan air tak ada alternatif selain mengandalkan kemurahan alam. Kalau karst dihabiskan alamat bencana, kami bisa kehabisan air,” katanya.
Rencana penambangan semen di karst sudah lama. Bahkan
perusahan memperoleh izin mendirikan bangunan (IMB) sejak lama. Sebagian warga
sudah menjual tanah ke perusahaan. Menurut Lapiyo, ada 250 warga terlanjur
menjual tanah ke Semen Gombong.
Rasiman, Kaur Umum Desa Sikayu membenarkan, tahun 1995
terjadi pembebasan tanah untuk pabrik semen.
“Di Sikayu ada 120-an hektar tanah dibebaskan. Saat pengukuran saya ikut, dikerjakan dua bulan. Karena ada krisis moneter pembebasan terhenti.”
Kala itu, tanah warga hanya Rp1.500 per meter. Belakangan
muncul angka di koran lokal menyebut harga Rp6.000 per meter, lalu memunculkan
protes warga. Warga menerima karena era Orba sikap represif pemerintah membuat
mereka tak punya banyak pilihan.
Warga Sikayu banyak memanfaatkan air melimpah dengan membuat kolam
ikan. Foto: Nuswantoro
Warga kini sadar betapa penting keberadaan karst. Mereka
banyak menyesal menjual ke Semen Gombong.
Teguh Prihatin, Kepala Desa Sikayu menjelaskan, penolakan
rencana penambangan Semen Gombong sangat beralasan. Teguh memperlihatkan,
pengumuman BPMPT yang menyebutkan Semen Gombong mengajukan izin lingkungan
untuk tambang batu lempung (124 hektar), tambang batu gamping (147,5 hektar),
pabrik semen (54 hektar), dan jalan produksi.
Proyek Rp125 miliar itu berada di Kecamatan Buayan, dan
Rowokele.
Di Sikayu, katanya, ada 13 titik mata air dengan debit
cukup besar, dari 32 yang ditemukan di seluruh karst Gombong Selatan. Mata air
itu antara lain Candi, Jeblosan, Karangkamal, Winong, Sirah, dan Jumbleng.
Bahkan di Candi terdapat danau bawah tanah besar.
Warga khawatir eksploitasi lahan 300 hektar lebih di
karst ini akan merusak sistem air yang terbangun jutaan tahun. Belum lagi,
dampak polutan dan keseimbangan ekosistem.
“Sikap kami, pemerintah desa, sumber mata air adalah harga mati. Begitupun warga kami juga menganggap sumber air adalah harga mati,” kata Teguh.
Kini, warga Sikayu terus menghitung waktu. Apakah
pemerintah sebagai regulator meloloskan izin penambangan alias memilih investor
atau berpihak pada keselamatan warga.
“Bagi warga, tanpa air manusia mati, tanpa semen manusia masih bisa hidup".
Air dari sumber air Candi untuk kebutuhan sekitar 100 keluarga. Foto:
Tommy Apriando
Sumber air jeblosan mengalir dari sungai bawah tanah pegunungan karst
Gombong yang akan ditambang PT Semen Gombong. Foto: Tommy Apriando
0 komentar:
Posting Komentar