Rabu, 10 Februari 2016

Aksi Tolak Semen Gombong Menguat

Massa aksi tengah membentang spanduk penolakan tambang semen di depan kantor desa Sikayu Buayan [Foto: mkgs]

Aksi Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] digelar secara simultan di desa-desa seputar kawasan bentang alam karst Gombong selatan (10/2). Yakni di desa Sikayu, Karangsari, Ragadana, Banyumudal, Nagaraji dan Mergosono. Dengan menggunakan 129 sepeda motor berboncengan , 3 mobil; massa aksi mengawali rute konvoinya dari posko sekretariat Perpag di Sikayu.

Aksi yang dimulai pada pagi hari jam 09.00 diawali dengan pengarahan wakil ketua Perpag Lapiyo di hadapan massa aksi. Termasuk dalam aksi kali ini, ratusan perempuan berpartisipasi dan dikoordinasi Siti Hanifah warga setempat. Puluhan spanduk penolakan rencana tambang semen dibawa dalam barisan untuk kemudian dibentang di beberapa titik sepanjang rute aksi. Pada tiap pemberhentian itu, digelar orasi secara bergantian.

Metode ini efektif menyeret partisipasi warga di desa-desa lain untuk bergabung setelah sebelumnya beberapa warga perwakilan desa ikut rapat sosialisasi aksi bersama. Hingga digelarnya aksi di depan tapak pabrik pt Semen Gombong, tak kurang dari 500 demonstran telah ikut bergabung.
“Kami tidak anti investasi, tetapi jika pilihan investor itu akan membangun industri semen, kami menolak”, teriak Hersito warga Nogoraji yang rumahnya tak jauh dari tapak pabrik.

“Operasionalisasi industri semen bukan saja butuh pasokan air yang besar setiap harinya. Tapi eksploitasi tambang karst jelas akan mematikan fungsinya sebagai resapan alam terbaik”, papar Siti Hanifah yang juga pegiat PNPM perdesaan. Dia menambahkan bahwa kaum ibu menjadi fihak yang paling dikorbankan dalam urusan pengguna air harian dalam pemenuhan kebutuhan domestik yang vital.

“Issue teknologi ramah lingkungan dalam industri semen, hanya lah dalih bohong”, tukasnya dalam orasi.      

Tak ada satu pun dari fihak pt Semen Gombong menemuai massa aksi ini selain petugas Satpam di posko gerbangnya. Beberapa orang cuma berdiri menonton dari teras kantor pt Semen Gombong dalam jarak ratusan meter. 

Namun aksi pagi itu berlangsung tertib. Massa aksi dipandu mobil komando melanjutkan konvoinya menyusuri jalanan desa Nogoraji melewati desa Mergosono yang disambut antusias warga...

Tanpa Semen Hidup, Tanpa Air Mati

Massa aksi di depan lokasi tapak pabrik pt Semen Gombong [Foto: mkgs]
___

Korelasi slogan yang diduplikasi dari twitter Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia dan dilansir di rapat warga sebelum ini; begitu menginspirasi kesadaran banyak orang. Ini seperti menggugah kesadaran pentingnya ekologi lingkungan dan ruang hidup bersama.

Dalam konteks perijinan operasionalisasi industri semen, khususnya pt Semen Gombong, kesadaran ekologis demikian menemukan taut dan momentum serta manifestasinya dengan kebangkitan aksi-aksi massa. Serbuan kekuatan kapital pada sektor tambang semen di Jawa khususnya, memang menggila.

Perlawanan massa rakyat anti tambang semen di berbagai daerah seperti Ajibarang, Rembang, Pati, Blora, Grobogan, Wonogiri, Tuban, dan Gombong selatan sendiri; rupanya belum cukup menyadarkan pemerintah setempat dalam merumuskan kebijakan terkait tata kelola sumber daya alamnya. Padahal potensi alam di kawasan karst itu bukan lah melulu bahan tambang yang depositnya terbatas, rentan dan tak terbarukan.


Menanggapi aksi massa hari ini (10/2) yang pada intinya menolak ijin lingkungan pt Semen Gombong, plt Kepala BPMPT Kebumen pun masih terkesan menyikapinya dengan pendekatan prosedural belaka. Retorika pernyataannya menunjukkan lemahnya komitment pemerintah dalam hal menjaga kelestarian ekologi lingkungan ***

0 komentar:

Posting Komentar