Massa aksi tengah membentang spanduk penolakan tambang semen di depan kantor desa Sikayu Buayan [Foto: mkgs]
Aksi Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] digelar secara simultan di desa-desa seputar kawasan bentang alam karst Gombong selatan (10/2). Yakni di desa Sikayu, Karangsari, Ragadana, Banyumudal, Nagaraji dan Mergosono. Dengan menggunakan 129 sepeda motor berboncengan , 3 mobil; massa aksi mengawali rute konvoinya dari posko sekretariat Perpag di Sikayu.
Aksi yang dimulai pada
pagi hari jam 09.00 diawali dengan pengarahan wakil ketua Perpag Lapiyo di
hadapan massa aksi. Termasuk dalam aksi kali ini, ratusan perempuan
berpartisipasi dan dikoordinasi Siti Hanifah warga setempat. Puluhan spanduk penolakan
rencana tambang semen dibawa dalam barisan untuk kemudian dibentang di beberapa
titik sepanjang rute aksi. Pada tiap pemberhentian itu, digelar orasi secara
bergantian.
Metode ini efektif
menyeret partisipasi warga di desa-desa lain untuk bergabung setelah sebelumnya
beberapa warga perwakilan desa ikut rapat sosialisasi aksi bersama. Hingga
digelarnya aksi di depan tapak pabrik pt Semen Gombong, tak kurang dari 500
demonstran telah ikut bergabung.
“Kami tidak anti
investasi, tetapi jika pilihan investor itu akan membangun industri semen, kami
menolak”, teriak Hersito warga Nogoraji yang rumahnya tak jauh dari tapak
pabrik.
“Operasionalisasi industri
semen bukan saja butuh pasokan air yang besar setiap harinya. Tapi eksploitasi
tambang karst jelas akan mematikan fungsinya sebagai resapan alam terbaik”,
papar Siti Hanifah yang juga pegiat PNPM perdesaan. Dia menambahkan bahwa kaum
ibu menjadi fihak yang paling dikorbankan dalam urusan pengguna air harian dalam
pemenuhan kebutuhan domestik yang vital.
“Issue teknologi ramah
lingkungan dalam industri semen, hanya lah dalih bohong”, tukasnya
dalam orasi.
Tak ada satu pun dari fihak pt Semen Gombong menemuai
massa aksi ini selain petugas Satpam di posko gerbangnya. Beberapa orang cuma berdiri
menonton dari teras kantor pt Semen Gombong dalam jarak ratusan meter.
Namun
aksi pagi itu berlangsung tertib. Massa aksi dipandu mobil komando melanjutkan
konvoinya menyusuri jalanan desa Nogoraji melewati desa Mergosono yang disambut
antusias warga...
Tanpa
Semen Hidup, Tanpa Air Mati
Massa aksi di depan lokasi tapak pabrik pt Semen Gombong [Foto: mkgs]
___
Korelasi slogan yang diduplikasi dari twitter Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia dan dilansir di rapat warga sebelum ini; begitu menginspirasi kesadaran banyak orang. Ini seperti menggugah kesadaran pentingnya ekologi lingkungan dan ruang hidup bersama.
___
Korelasi slogan yang diduplikasi dari twitter Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia dan dilansir di rapat warga sebelum ini; begitu menginspirasi kesadaran banyak orang. Ini seperti menggugah kesadaran pentingnya ekologi lingkungan dan ruang hidup bersama.
Dalam konteks perijinan operasionalisasi industri semen,
khususnya pt Semen Gombong, kesadaran ekologis demikian menemukan taut dan
momentum serta manifestasinya dengan kebangkitan aksi-aksi massa. Serbuan kekuatan
kapital pada sektor tambang semen di Jawa khususnya, memang menggila.
Perlawanan massa rakyat anti tambang semen di berbagai
daerah seperti Ajibarang, Rembang, Pati, Blora, Grobogan, Wonogiri, Tuban, dan
Gombong selatan sendiri; rupanya belum cukup menyadarkan pemerintah setempat
dalam merumuskan kebijakan terkait tata kelola sumber daya alamnya. Padahal
potensi alam di kawasan karst itu bukan lah melulu bahan tambang yang
depositnya terbatas, rentan dan tak terbarukan.
Menanggapi aksi massa hari ini (10/2) yang pada intinya
menolak ijin lingkungan pt Semen Gombong, plt Kepala BPMPT Kebumen pun masih
terkesan menyikapinya dengan pendekatan prosedural belaka. Retorika
pernyataannya menunjukkan lemahnya komitment pemerintah dalam hal menjaga
kelestarian ekologi lingkungan ***
0 komentar:
Posting Komentar