Selasa, 26 Juli 2016 | 16:39 WIB
Perwakilan Masyarakat Rembang mendirikan tenda saat melakukan aksi
menolak Semen Indonesia didepan Istana Negara, Jakarta, 27 Juli 2016.
TEMPO/Amston Probel
Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Joko Priatno, menyatakan 20 perwakilan berangkat dari Rembang siang kemarin. "Kami bawa amdal (pendirian pabrik) ke sini. Banyak sekali kejanggalan dan peraturan yang dilanggar," ucapnya.
Kejanggalan data amdal atau analisis dampak lingkungan tersebut antara lain ada mata air, gua, dan daerah resapan air yang tidak dicantumkan. Karena itu, mereka meminta Presiden Joko Widodo meninjau kembali amdal milik PT Semen Indonesia.
Pendirian tenda dimulai pukul 10.40 WIB, tapi sempat dihentikan anggota Kepolisian Sektor Gambir. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan bambu untuk membangun tenda. Akhirnya, para petani yang sebagian besar adalah perempuan itu mendirikan tenda menggunakan tubuh mereka sebagai tiang penopang. Rencananya, aksi akan dilakukan hingga pukul 18.00 WIB setelah berdiskusi dengan perwakilan Polsek Gambir.
Aksi protes ini juga didukung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang menyatakan akan mendampingi hingga aksi protes selesai. Citra Referendum, anggota LBH Jakarta, menuturkan aksi protes akan dilakukan setiap hari. "Rencananya dilakukan tiap hari Minggu," tuturnya. "Nanti kita omongin lagi buat ke depan. Pokoknya akan dilakukan sampai tuntutan selesai."
Gugatan peninjauan kembali masyarakat terhadap pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng kini masih dalam proses di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang.
IDKE DIBRAMANTY YOUSHA | AS
https://m.tempo.co/read/news/2016/07/26/078790616/menolak-pabrik-semen-petani-rembang-dirikan-tenda-di-istana
0 komentar:
Posting Komentar