MASSA APRESIAN: Ribuan massa memadati rumah dan halaman sekretariat Perpag (9/7) dalam rangka "syawalan" yang digelar dengan mementaskan "drama satire" garapan Ki Srawin, dkk. Warga nampak antusian dan mengapresiasi peragaan lakon lokal yang dimainkan seniman tradisional setempat [Foto: Yatno Pandu W]
Terlebih karena drama pendek berdurasi 3
jam yang dipanggungkan malam Minggu itu mengangkat realitas lokal yang terjadi di
beberapa desa kawasan karst Gombong selatan sejak hampir duapuluh tahun lalu.
Banyak kontradiksi sosial pada masa awal masuknya korporasi tambang semen,
dibuka sejujur-jujurnya. Tak ayal, pentas dengan lakon kethoprak di luar kebiasaan ini, tetapi menggunakan
pendekatan alur cerita yang mendasarkan pada kisah empiris; justru sangat
menyentuh ingatan kolektif warga desa.
Kenyataan sosial setempat waktu itu memang
pahit dalam lakon jaman ketika Indonesia menjemput krisis moneter jelang akhir tahun 2000. Bahkan bagi sebuah bisnis
korporasi tambang trans nasional (TNC) sekaliber Medco Energy Group sekali pun.
Realitas sosial seperti ini lah yang secara “cerdas” dipanggungkan oleh “Ki
Srawin” dan kawan-kawannya di halam sekretariat Perpag.
Mentalitas
Belantik
SURO BULUS: Prolog tarian "Gunung-Gunung" dimainkan anak-anak muda desa Sikayu, mengawali parodi satire "Suro Bulus" yang sarat kritik sosial [Foto: YPW]
_____
Adalah Suro
Bulus, sosok yang mewakili pemain dalam mata-rantai “kejahatan” korporasi
tambang yang menumpukan kekuatannya pada kuasa modal. Representasi keaktoran
dari kelas ini saling bersinergi, bersistem, dan barangkali ini lah yang oleh
pemerintah dikenal dengan terminologi investor. Nah, pertambangan adalah salah
satu mata bidang saja. Meski pun begitu, dalam konteks dan terminologi ini pun,
sesungguhnya, rumusan kebijakan pemerintah tutunan otda yang terangkum dalam
slogan “ramah investasi” jadi ikut dipertanyakan !
Keaktoran Suro Bulus adalah representasi peran belantik yang merupakan bagian dari penetrasi -investor- pemodal
dalam selubung investasi itu. Dalam
konteks awal penetrasi modal korporat di kawasan karst Gombong selatan, peran Suro Bulus itu sangat fenomenal dalam
rentang 1996-2000 silam. Yakni pada saat mana fase “pembebasan lahan” oleh pt
Semen Gombong memasuki tahapan awal dari rencana operasionalnya. Meskipun
kemudian rencana ini terguncang oleh efek badai krismon sehingga tertunda sampai 2013. Tetapi pada saat itu, betapa
banyak orang, dari berbagai kalangan; memainkan peran layaknya Suro Bulus ini. Termasuk di dalamnya,
maaf, para pejabat !
Parodi satire Suro Bulus mengangkat fenomena demikian ke panggung Perpag; di atas
mana terangkai komunikasi massal yang kreatif. Ini lah local genius itu. Bahwa kecerdasan tak melulu dibangun dari
disiplin formal akademis, untuk tidak mengatakan bahwa lembaga akademik hanya
memproduksi intelektual tukang yang
diragukan integritas moralnya... (arp)
luar biasa
BalasHapus