Minggu, 25 Oktober 2015

Sidang Rakyat Pra Sidang Amdal Semen Gombong

Suasana sidang terbuka Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] yang digelar di halaman sekretariatnya  

Kata Billy Graham: keberanian bisa menular, ketika seorang pemberani mempertahankan keberaniannya; semua orang menjadi tegak. Rupanya benar adanya, ketika hari-hari ini para pejuang agraria dibunuh dengan cara keji, dipentungi seperti binatang, ditekandan dikriminalisasi; banyak orang terinspirasi buat melawan segala ketidakadilan yang nyata makin merajalela dimana-mana.

Ketika organisasi Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) menggelar rapat terbuka [24/10] malam itu di halaman sekretariatnya, ingatan seputar kematian Salim Kancil pun menyeruak. Seseorang bahkan menyatakan kesiapannya menghadapi resiko seperti yang telah menimpa pejuang tani dari Selok Awar Awar itu. Dalam perjuangan menyelamatkan lingkungan karst, bisa jadi bakal berhadapan dengan kejahatan korporasi tambang. Namun resiko seperti itu telah disadari.    

Rapat terbuka digelar di luar rumah Lapiyo yang sekaligus dijadikan sebagai posko sekretariat, partisipasi kehadiran warga bahkan meluber hingga jalanan desa Sikayu yang malam itu masih belum disapu turunnya hujan Oktober. Banyak pemuda desa juga hadir di tengah kerumunan, tak terkecuali ibu-ibu warga sekitarnya yang nampak aktif mengikuti hingga jelang dinihari.

Fase Pra Sidang Amdal  

Tahap riset dan penyusunan dokumen Amdal pt. Semen Gombong ditengarai sarat dengan berbagai manipulasi. Dari penyusunan data yang tak sesuai dengan fakta lapangan hingga perumusan kerangka acuan yang terkesan plintat-plintut. Teorinya memang partisipatif namun prakteknya mengelabui partisipasi wakil masyarakat. Prinsip partisipatif cuma berlaku bagi orang tetentu dari bagian masyarakat yang memang cenderung pro semen. Sedang bagi anggota tim penilai Amdal yang kritis bahkan ditinggalkan.

Ketua Perpag Samtilar di depan warga menekankan pentingnya persatuan guna menghadapi kekuatan pemodal yang akan mengerahkan kekuasaan  dengan kekuatan pengaruhnya. Persatuan warga menjadi penting dan jangan mudah tergiur dengan iming-iming apa pun.

“Janji kemakmuran dari tambang semen itu sangat tak pasti, tetapi ancaman kerusakan lingkungan karst jelas nyata”, tegas Samtilar.

Kejahatan korporasi tambang terbukti dari banyaknya kasus-kasus yang hanya mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan rakyat. Tapi manfaat dari sumber daya alam dikuasasi segelintir orang yang diamini pejabat. Kejahatan lain ditunjukkan salah satunya dari penyusunan dokumen yang terkesan ideal tapi sesungguhnya di mata warga cuma abal-abal. Dalam dokumen setebal 311 halaman itu banyak manipulasi, kebohongan dan lebih banyak memunculkan cercaan warga yang telah turun temurun tinggal di kawasan itu.

Perpag Tolak Amdal Semen Gombong

Tak kurang kritis pencermatan Supriyanto dan Lapiyo yang kini fokus mengkonsolidasikan warga sekitar kawasan karst yang dikategorikan sebagai Karst-1. Bukit karst yang permukaannya didominasi bentangan karang terumbu ini memang merupakan batuan terbaik yang berfungsi meresapkan, menyimpan dan mengatur air hujan jadi cadangan sumber air bawah tanah.

Seorang aktivis caving Marsinus Yosa dalam penelusurannya di bulan yang menandai puncak kekeringan musim kemarau ini menemukan bukti besarnya debit air di goa-goa yang ada di perut gunung. Kenyataan ini mendekatkan kebenaran teoritik bahwa kalau pun terjadi kemarau panjang yang ekstrim sekali pun, sistem tata air kawasan karst dalam perut bumi itu masih sanggup memasok ketersediaan cukup air.

Sebagaimana tanah, air merupakan kebutuhan mendasar yang jadi hak asasi manusia, berikut tumbuhan dan habitat hewan serta biota lain sekitarnya. Dengan begitu kelestariannya jadi wajib buat dijaga. Ganggungan atau ancaman terhadap kelestarian ini bermakna persoalan yang merambah wilayah hak asasi itu.

“Itu sebabnya perjuangan warga disini bermakna perjuangan HAM”, jelas Supriyanto.  

Dan sidang warga malam hari itupun melahirkan keputusan untuk menolak Amdal pt. Semen Gombong  

       

0 komentar:

Posting Komentar