Suasana sidang terbuka Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] yang digelar di halaman sekretariatnya
Kata Billy Graham: keberanian
bisa menular, ketika seorang pemberani mempertahankan keberaniannya; semua
orang menjadi tegak. Rupanya benar adanya, ketika hari-hari ini para pejuang
agraria dibunuh dengan cara keji, dipentungi seperti binatang, ditekandan dikriminalisasi;
banyak orang terinspirasi buat melawan segala ketidakadilan yang nyata makin
merajalela dimana-mana.
Ketika organisasi
Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) menggelar rapat terbuka
[24/10] malam itu di halaman sekretariatnya, ingatan seputar kematian Salim
Kancil pun menyeruak. Seseorang bahkan menyatakan kesiapannya menghadapi resiko
seperti yang telah menimpa pejuang tani dari Selok Awar Awar itu. Dalam perjuangan
menyelamatkan lingkungan karst, bisa jadi bakal berhadapan dengan kejahatan
korporasi tambang. Namun resiko seperti itu telah disadari.
Rapat terbuka digelar di
luar rumah Lapiyo yang sekaligus dijadikan sebagai posko sekretariat, partisipasi
kehadiran warga bahkan meluber hingga jalanan desa Sikayu yang malam itu masih
belum disapu turunnya hujan Oktober. Banyak pemuda desa juga hadir di tengah
kerumunan, tak terkecuali ibu-ibu warga sekitarnya yang nampak aktif mengikuti
hingga jelang dinihari.
Fase Pra
Sidang Amdal
Tahap riset dan penyusunan
dokumen Amdal pt. Semen Gombong ditengarai sarat dengan berbagai manipulasi.
Dari penyusunan data yang tak sesuai dengan fakta lapangan hingga perumusan
kerangka acuan yang terkesan plintat-plintut.
Teorinya memang partisipatif namun prakteknya mengelabui partisipasi wakil
masyarakat. Prinsip partisipatif cuma berlaku bagi orang tetentu dari bagian
masyarakat yang memang cenderung pro semen. Sedang bagi anggota tim penilai
Amdal yang kritis bahkan ditinggalkan.
Ketua Perpag Samtilar di
depan warga menekankan pentingnya persatuan guna menghadapi kekuatan pemodal
yang akan mengerahkan kekuasaan dengan kekuatan
pengaruhnya. Persatuan warga menjadi penting dan jangan mudah tergiur dengan
iming-iming apa pun.
“Janji kemakmuran dari
tambang semen itu sangat tak pasti, tetapi ancaman kerusakan lingkungan karst
jelas nyata”, tegas Samtilar.
Kejahatan korporasi
tambang terbukti dari banyaknya kasus-kasus yang hanya mengakibatkan kerugian
dan kesengsaraan rakyat. Tapi manfaat dari sumber daya alam dikuasasi
segelintir orang yang diamini pejabat. Kejahatan lain ditunjukkan salah satunya
dari penyusunan dokumen yang terkesan ideal tapi sesungguhnya di mata warga cuma
abal-abal. Dalam dokumen setebal 311
halaman itu banyak manipulasi, kebohongan dan lebih banyak memunculkan cercaan
warga yang telah turun temurun tinggal di kawasan itu.
Perpag Tolak Amdal Semen Gombong
Tak kurang kritis
pencermatan Supriyanto dan Lapiyo yang kini fokus mengkonsolidasikan warga
sekitar kawasan karst yang dikategorikan sebagai Karst-1. Bukit karst yang
permukaannya didominasi bentangan karang
terumbu ini memang merupakan batuan terbaik yang berfungsi meresapkan,
menyimpan dan mengatur air hujan jadi cadangan sumber air bawah tanah.
Seorang aktivis caving Marsinus Yosa dalam penelusurannya
di bulan yang menandai puncak kekeringan musim kemarau ini menemukan bukti
besarnya debit air di goa-goa yang ada di perut gunung. Kenyataan ini
mendekatkan kebenaran teoritik bahwa kalau pun terjadi kemarau panjang yang
ekstrim sekali pun, sistem tata air kawasan karst dalam perut bumi itu masih
sanggup memasok ketersediaan cukup air.
Sebagaimana tanah, air merupakan
kebutuhan mendasar yang jadi hak asasi manusia, berikut tumbuhan dan habitat
hewan serta biota lain sekitarnya. Dengan begitu kelestariannya jadi wajib buat
dijaga. Ganggungan atau ancaman terhadap kelestarian ini bermakna persoalan
yang merambah wilayah hak asasi itu.
“Itu sebabnya perjuangan
warga disini bermakna perjuangan HAM”, jelas Supriyanto.
Dan sidang warga malam
hari itupun melahirkan keputusan untuk menolak Amdal pt. Semen Gombong
0 komentar:
Posting Komentar