Rabu, 21 Oktober 2015

PETA YANG TERANCAM: KRISIS KAPITALISME & UPAYA PEREBUTAN RUANG HIDUP DI PEGUNUNGAN KENDENG UTARA – PATI

·  · in Analisis Kasus.


Gambar: Bambu runcing perlawanan sebagai bentuk aksi penolakan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara
Selama kurang lebih 200 tahun, masyarakat Industri Kapitalis telah berkembang melalui berbagai aksi penjarahan dan penghancuran terhadap sumber daya alam yang ada di bumi ini. Imperialisme yang dalam pengertian Lennin merupakan tahap tertinggi dari Kapitalisme telah berhasil menciptakan jalan bagi Kapitalisme ke seluruh penjuru Dunia (Tornquist, 2010: 18). Proses imperialisme yang dilakukan oleh negara-negara barat dengan menjarah Sumber Daya Alam (SDA) dari negeri Jajahan telah membuat ekonomi negaranya seperti sekarang ini. Maka tak salah kalau Mahatma Gandhi mengungkapkan bahwa kalau negeri yang dulu terjajah ingin menyamai ekonomi dari negara barat, maka negeri terjajah ini harus melakukan Imperialisme selama 100 tahun dulu ke negara barat ini.
Salah seorang mahasiswa pertambangan dari Institut Terknologi tertanama di Indonesia pernah mengungkapkan bahwa bumi ini diibaratkan sebagai seekor kambing gemuk, yang kalau dibiarkan pasti akan mati percuma. Begitu pula dengan bumi tandasnya, kalau dibiarkan dan tidak dieksploitasi secara membabi-buta juga pasti akan menjadi hancur sia-sia (Wacana, edisi 26 tahun XXI: 02). Frame berfikir tersebut sangat selaras dengan logika dari kapitalisme kontenporer. Artinya roda produksi harus terus bergerak, ekspansi modal harus terus diputar dan ekploitasi terhadap bahan mentah pun harus terus dilakukan. Ketika proses tersebut berhenti, maka terompet krisis Kapitalisme pun ditiupkan.
Pola produksi dari kapitalisme yang bersifat anarkis memang telah membuat dunia sedang berada pada titik nadir. Berbagai kelangkaan terhadap bahan-bahan sumber daya alam yang tak terbaharukan seperti minyak, batu bara, logam dan bahan tambang yang lain telah semakin mendekat dikala pola kehidupan tetap seperti ini. Maka para generasi penerus kita pun hanya akan menggigit jari karena tak dapat menikmati manfaat dari sumber-sumber kehidupan yang diciptakan dengan gratis oleh bumi kita ini sebagai akibat keserakahan dibalik selimut kompetisi Kapitalisme. Dan hal yang tak pernah terlepas dari proses moda produksi Kapitalisme selain kerusakan ekologi adalah sebuah proses proletarisasi dengan cara penyingkiran masyarakat terhadap alat-alat produksinya (primitive accumulation), perampasan hak-hak dasar hidup masyarakat yang hasil akhirnya adalah kemiskinan, penderitaan dan penindasan.
Logika Kapitalisme dan Pembukaan Ruang-ruang Baru
            Didalam setiap produksi, pasti akan menimbulkan destruksi (Gorz, 2005). Seperti ketika suatu perusahaan memproduksi kertas, maka prasyarat agar komoditas kertas itu terbentuk perusahaan tersebut harus menebang ribuan pohon sebagai bahan baku kertas serta memerlukan minyak sebagai penggerak mesin-mesin produksinya. Kenyataan tersebut membuat kapitalisme sangat memerlukan ruang-ruang baru sebagai penyokong terlaksananya akumulasi kapital selain sebagai cara untuk mengatasi krisis overakumulasi sebagai akibat dari badai resesi atau defresi yang deflasioner.
Bagi Lavebre didalam teorinya tentang produksi ruang (production of space) mengungkapkan bahwa keberhasilan kapitalisme untuk memperpanjang nafasnya agar tak hancur akibar kontradiksi internalnya seperti yang diramalkan Marx adalah melalui cara produksi dan reproduksi ruang-ruang ekonomi secara terus menerus dalam skala global. Melalui cara tersebutlah kapitalisme mampu untuk bangkit dari setiap krisis terberat sekalipun yang terus terhimpun didalam setiap proses moda produksinya. Namun penjelasan Lavebre tersebut gagal didalam menjelaskan secara tepat tentang bagaimana atau mengapa hal tersebut bisa seperti itu (Setyaka, 2013).
Kemudian David Harvey berusaha menjelaskan hubungan antara Kapitalisme dengan produksi ruang tersebut melalui teori “spatio-temporal fix” yang dikembangkannya (Harvey, 2010: 128-138). “Spatio-temporal fix” ini merupakan suatu metafora bagi suatu jenis solusi terhadap krisis-krisis dari kapitalis lewat penangguhan secara temporal dan lewat ekspansi geografis. Langkah yang dilakukannya adalah melalui produksi ruang, organisasi dari pembagian-pembagian tenaga kerja yang sepenuhnya baru secara territorial, pembukaan kompleks-kompleks sumber daya yang baru dan yang lebih murah, pembukaan kawasan-kawasan baru sebagai ruang akumulasi kapital yang dinamis, dan penetrasi formasi-formasi sosial dan pengaturan-pengaturan institusional yang kapitalis menjadi cara-cara penting untuk menyerap surplus kapital dan tenaga kerja. Artinya menurut Harvey proses sirkulasi kapital didalam kapitalisme ini harus terus bergerak. Jika kapital tidak bergerak keluar, maka kapital akan mengalami kehancuran dan devaluasi.
Upaya Perebutan Ruang Hidup di Kendeng Utara
tanah ini punya kami tanah rakyat reformasi agraria tanah perjuangan melawan negara swasta militer kapitalismeMemahami cara kerja Kapitalisme yang sangat membutuhkan kontinuitas ketersediaan ruang-ruang baru, maka kita tak perlu heran dengan apa yang terjadi di kawasan pegunungan kendeng utara tepatnya didaerah Pati Selatan pada 8 tahunan ini. Rencana pembangunan pabrik semen didareah Karst Pegunungan Kendeng Utara ini merupakan bagian dari logika kapitalisme ruang yang dapat terlihat dari berbagai pola yang dilakukan oleh para kapitalis pertambangan bersama Negara didalam memaksakan terjadinya proses industrialisasi pertambangan semen ini.
Secara geografis, kawasan kebupaten Pati daerah selatan tepatnya di Kecamatan Sukolilo, Tambakromo dan Kayen ini memang menyimpan banyak kandungan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah batuan gamping yang membentang di pegunungan Kendeng Utara. Tak pelak dengan bersimpah ruahnya batuan gamping di kawasan tersebut telah membuat para kapitalis pertambangan semen menjadi keranjingan, karena batuan gamping ini merupakan bahan baku produksi mereka. Hal tersebutlah yang kemudian membuat perusahaan semen di Indonesia seperti PT Semen Gresik, PT Indocement dan PT Holcim menjadi saling memperebutkannya.
Awal dimulainya rencana pembangunan pabrik semen di kawasan Pati ini dimulai ketika pada tahun 2005 PT. Semen Gresik (dengan 40% saham milik asing) menawarkan investasi modal sebesar Rp. 3,5 Triliun kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pati untuk mendirikan pabrik semen baru di wilayah Jawa Tengah. Rencana pendirian pabrik semen tersebut, secara administratif meliputi 4 kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Gabus dan Margorejo, yang tarbagi dalam 14 desa dengan total luas kebutuhan lahan 1.350 hektar, lahan seluas 1.350 hektar tersebut nantinya akan digunakan oleh PT. Semen Gresik sebagai lahan penambangan batu kapur (700 hektar), lahan penambangan tanah liat (250 hektar), pabrik untuk produksi semen (85 hektar) dan infrastruktur transportasi/jalan (85 hektar) serta penunjang kegiatan (230 hektar) (Laksana, 2013). Pemkab Pati pun merespon positif penawaran investasi tersebut dan kemudian mengeluarkan surat ijin penambangan oleh Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu (Kayandu) kabupaten Pati yang menandakan dimulainya sosialisasi kebijakan pendirian pabrik semen ini (Wawancara dengan Gunretno, 14/06/13).
Hal yang tak pernah terlepas sebelum terjadinya proses akumulasi kapital adalah sebuah proses akumulasi primitif (primitive accumulation). Akumulasi primitif ini merupakan proses penciptaan hubungan-kapital dengan cara penceraiberaian pekerja dari kepemilikan kondisi-kondisi kerjanya sendiri, yang kemudian mentransformasikan kebutuhan-kebutuhan hidup dan produksi sosial diubah menjadi kapital dan para produsen langsung diubah menjadi kaum pekerja upahan (Marx, 2004: 796-799).
Proses akumulati primitif pada kasus di Pegunungan Kendeng Utara Pati ini pun dilakukan dengan cara melakukan berbagai intervensi dan tindakan koersif demi dapat merebut tanah-tanah yang merupakan sumber hidup dan penghidupan masyarakat yang mayoritas petani disana. Bukit Karst yang menyimpan berbagai limpahan sumber daya alam yang merupakan topangan kehidupan masyarakat disana pun sudah siap untuk dijarah oleh sebuah moda produksi yang bersifat kanibalistik ini (accumulation by dispossession). Kenyataan tersebut membuat proses kontra-hegemoni pun terjadi yaitu terciptakan gerakan perlawanan rakyat menentang berbagai upaya pelucutan-pelucutan ruang hidup rakyat ini. Seperti yang diungkapkan Gunretno (Wawancara, 14/06/13) salah seorang tokoh pergeran disana yang menganggap bahwa pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan kendeng utara tersebut dapat mengancam faktor ekologi lingkungan hidup yang menjadi basis kehidupan mereka. Selain juga karena bahwa pembangunan tersebut tidak akan membuat mereka beranjak dari keadaan sosial-ekonomi yang dialaminya sekarang ini, akan tetapi pembangunan tersebut juga akan membuat hilangnya mata pencarian mereka, tergusurnya kehidupan lokal di daerah tersebut dan juga rusaknya tatanan sosial dan budaya akibat dari proses industrialisasi itu sendiri.
Negara yang harusnya memiliki tanggungjawab untuk dapat melindungi dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya (bonumpublicum, common good, common wealth), didalam relasi dengan kekuatan kapital ini posisinya tak lebih sebagai alat yang digunakan oleh para kapitalis untuk melegitimasi aksi predatori dan penipuan yang dijalankannya. Marx pun jauh-jauh hari telah mengungkapkan bahwa dibawah sistem Kapitalisme ini, Negara tak ubahnya kaki tangan para borjuis (para kaum pemilik modal). Didalam relasi kapitalisme kontenporer sekarang ini, negara memang sangat diperlukan oleh para kapitalis untuk dapat memberantas berbagai penghalang didalam membuka ruang-ruang baru melalui kekuatan monopoli atas kekerasan dan aturan hukum yang dimiliki oleh Negara.
Perselingkuhan antara Negara dan para kapitalis (PT Semen Gresik) itu dapat terlihat ketika didalam proses penyunan Amdal yang merupakan prasyarat utama bagi proses pelaksanaan pertambangan dengan ilmu bungklonnya “Simsalabim-Abrakadabra” tiba-tiba sudah terbuat tanpa melibatkan bahkan tanpa sepengetahuan masyarakat setempat. Hasil Amdal yang telah dilakukan dengan menggandeng Lembaga Penelitian Lingkungan UNDIP tersebut pada kenyataannya bertentangan dengan Hasil Amdal yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Pembangunan Yogyakarta yang intinya menyatakan bahwa kawasan Pegunungan Kendeng Utara ini adalah kawasan Karst yang berarti tak layak untuk dilakukan pertambangan karena merupakan topangan kehidupan masyarakat setempat. Selain itu berbagai aturan hukum yang dibuat oleh Negara pun dengan seenaknya diinjak-injak sendiri, seperti pemberian izin pertambangan semen ini yang sangat jelas bertentangan dengan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945, PP no.26tahun 2008 tentang RTRW Nasional dan keputusan Menteri ESDM Nomor:1456 K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars.
Proses perlawanan dari rakyat didalam tetap menjaga ruang-ruang hidup mereka dari kebuasan predator kapitalis ini pun terus dilakukan lewat aksi jalanan dan melalui jalur formal. Upaya melalui gugatan dijalur hukum pun menuai keberhasilan ketika pada tahun 2010 MA (Mahkamah Agung) membatalkan dokumen perizinan pertambangan yang dikeluarkan oleh Kayandu Kabupaten Pati setelah sebelumnya terjadi pergulatan di jalur hukum dibawahnya. Keputusan dari MA ini pun telah membatalkan berbagai upaya dari PT Semen Gresik selama ini untuk melakukan ekplorasinya di Pegunungan Kendeng Utara Pati ini.
Namun keberhasilan yang berhasil ditorehkan oleh masyarakat Pati ini tak berlangsung lama, ketika kemudian datang kembali perusahaan tambang yang ingin melakukan pembangunan pabrik semen disana. Kali ini adalah PT SMS (Sahabat Mulia Sakti) yang merupakan anak perusahan dari PT Indocement Tunggal Perkasa (ITP). Wilayah rencana pertambangannya pun digeser dari yang sebelumnya di kawasan kecamatan Sukolilo (oleh PT Semen Gresik) menjadi di kawasan Kecamaten Tambakromo dan kayen. Hal tersebut membuat perlawanan rakyat pun kembali dilakukan secara masif, seperti dilakukan oleh gerakan rakyat disetiap desa seperti GEMURANG, GEMATI, FORMASI, APPEL, KEPAL, RAJAWALI, GASONK, ATTOS dll. Sedangkan wadah penyatuan gerakan ada LIKRA (Lingkar Kendeng Sejahtera), AAWK (Aliansi Ahli Waris Kendeng) dan JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) bersama gabungan LSM atau Ornop yang peduli Kendeng Utara ini.
Penutup
            Dengan memahami geneologi dan logika dari Kapitalisme yang sangat membutuhkan ruang-ruang baru didalam menopang akumulasi kapital dan menghindarkan sistem ini dari krisis overakumulasi, didalam konteks seperti itulah pergulatan di rakyat Pegunungan Kendeng Utara Pati ini terjadi. Kawasan yang merupakan surga dari batuan gamping ini telah membuat para kapitalis pertambangan semen saling memperebutkannya, karena batuan gamping ini adalah bahan baku utamanya selain tanah liat dan pasir besi.
Berbagai upaya dengan menggunakan segala cara terus dilakukan agar dapat merealisasikan eksplorasi pertambangan semen di kawasan ini. Negara yang termanifestasikan oleh Pemkab Pati dan Pemprov Jateng tak lebih sebagai alat untuk melegitimasi tindakan predatori dan penipuan dari para Kapitalis ini dengan hegemoni yang dimilikinya. Berbagai janji-janji surgawi pun ditebarkan untuk merayu rakyat agar mau untuk disingkirkan atas ruang hidup mereka. CSR pun yang digadang-gadang dapat memberikan timbal balik positif bagi rakyat tak ubahnya secuil kue agar rakyat tetap bisa terus dihisap darahnya. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan laju investasi didalam aras Kapitalisme ini maka semakin membabi-buta berbagai pendestruksian yang terjadi.
Namun rakyat telah banyak belajar dari anarki yang dilakukan kapitalisme selama ini. Mereka tak lagi mudah dirayu, ditipu dan dibohongi. Gerakan kesadaran yang telah terbentuk dibenak rakyat Pati sampai sekarang ini telah mampu untuk mengendorkan dan menahan laju neo-liberalisme yang siap menerjang apa saja yang masih terbebas dari komodifikasi.
            Sekali lagi kebutuhan akan ruang-ruang baru bagi kapitalisme telah membuatnya melakukan berbagai cara. Sehingga upaya perebutan ruang hidup masyarakat Pegunungan Kendeng Utara Pati ini pasti akan terus terjadi karena limpahan surga batuan gamping yang ada didalamnya. Artinya selama Kapitalisme masih berdiri tegak di dunia ini, selama itu pula Rakyat di kawasan Pegunungan Kendeng Utara Pati ini harus bersiap untuk bertempur demi mempertahankan ruang-ruang hidup mereka.
Maka gerakan kesadaran rakyat yang tersirat didalam konsep hidup jawa bahwa sadumuk batuk sanyari bumi dibelani nganti mati, dapat menjadi idiologi perlawanan lokal demi menentang proses proletarisasi terhadap rakyat ini. Yang artinya bahwa apabila “sejengkal” saja tanah yang merupakan sumber hidup dan penghidupan para rakyat ini direbut oleh para predator kapitalis, maka mereka (rakyat) akan tetap memperjuangkan tanah ini bahkan sampai titik darah penghabisan. Rawe-rawe Rantas, Malang-malang Putung.
Daftar Pustaka
–          Gorz, andre. 2005. Anarki Kapitalisme. Yogyakarta: Resist Book.
–          Harvey, david. 2010. Imperialisme Baru: Genealogi dan Logika Kapitalisme Kontenporer. Yogyakarta: Resist Book.
–          Hasil Wawancara dengan Gunretno di Sukolilo – Pati pada 14 Juni 2013.
–          Laksana, lutfi untung anggara. 2013. Srawung: strategi advokasi masyarakat sedulur sikep terhadap rencana pendirian pabrik semenYogyakarta: Skripsi S-1 Fisipol UGM.
–          Marx, karl. 2004. Kapital 1: Sebuah Kritik Ekonomi Politik Proses Produksi Kapitalis.  -: Hasta Mitra.
–          Styaka, virtuous. Ruang dan Waktu Dalam Pemikiran Harvey.  Diunduh darihttp://indoprogress.com/2013/05/ruang-dan-waktu-dalam-pemikiran-david-harvey/  pada 15 Maret 2014 pukul 15.00 wib.
–          Tornquist, olle. 2011. Penghancuran PKI. Jakarta: Komunitas Bambu.
–          Wacana. Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumber Daya. Yogyakarta: InsistPress, Edisi 26 Tahun XIII 2011.

Oleh: Arif Novianto, Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik di FISIPOL UGM (Universitas Gadjah Mada).
Tulisan esai ini sebelumnya telah dimuat di Jurnal IndoPROGRESS pada 01 Mei 2014.  Dapat diakses juga dihttp://indoprogress.com/2014/05/krisis-kapitalisme-dan-upaya-perebutan-ruang-hidup-rakyat-di-pegunungan-kendeng-utara-pati-jawa-tengah/ & sedikit mendapatkan editan dari penulis agar sesuai dengan konteks gerakan di lapangan.
Dimuat ulang untuk tujuan pendidikan.
https://boemimahardika.wordpress.com/2015/10/20/peta-yang-terancam-krisis-kapitalisme-upaya-perebutan-ruang-hidup-di-pegunungan-kendeng-utara-pati/ 

0 komentar:

Posting Komentar