Sabtu, 31 Oktober 2015

Jalan Menuju Mogok Nasional

[Negara Tidak Memperbolehkan Buruh Sejahtera] 
Catatan Gerakan Rakyat | Jum’at, 30 Oktober 2015 
Aksi yang kesekian kalinya meminta kepada Pemerintah untuk membatalkan PP Pengupahan No 78 Tahun 2015 yang isinya syarat dengan kepentingan kaum Pemodal dan kesengsaraan kaum Buruh.
Setelah menjalankan Sholat Jum’at berjamaah kami kaum Buruh dari beberapa Federasi dan Konfederasi juga beberapa elemen gerakan Mahasiswa melakukan long match ke Balai Kota lalu menuju Istana.
Setibanya di Istana, ada pemandangan yang berbeda dari biasanya, mobil water cannon, perlengkapan polisi huru hara sudah berjejer di halaman luar Istana Negara yang megah, dengan berlapis kawat berduri semakin menyempurnakan kesan Angkuh Pemimpin Negeri.
Garda Metal (FSPMI), Brigade (KSPSI), Godam, Laskar Buruh, Bambu (KPBI), langsung membentuk formasi membuat Rantai Manusia untuk pengamanan Massa Aksi.
Orasi-orasi dari pemimpin Serikat Buruh dan Mahasiswa terus bergantian menyuarakan keadialan, menyuarakan kesengsaraan Rakyat, menginginkan keadilan, menginginkan kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia dengan pernyataan yang sama AKAN TETAP BERTAHAN DI DEPAN ISTANA SAMPAI PP Pengupahan 78 2015 di BATALKAN.

Pkl. 16.15 : Beberapa perwakilan Pemimpin Federasi dan Konfederasi Serikat Buruh di undang oleh empat Menteri ke dalam Istana salah satunya Menteri Ketenaga Kerjaan Bpk. Hanif Dhakiri yang terhormat. Harapan pun menghampiri kami Massa Aksi yang berada di luar Istana PP78 2015 dapat dibatalkan. Orasi-orasi yang diselingi lagu-lagu perjuangan terus bergantian, Massa Aksi riuh meneriakan perlawanan dan bernyanyi dengan harapan kehidupan yang sejahtera.
Pkl. 17.30 : Perwakilan dari Pimpinan Serikat Buruh menyampaikan hasil pertemuannya dengen beberapa Menteri di dalam Istana dan hasilnya, PP 78 2015 TETAP DIJALANKAN! 
Pemerintah benar-benar angkuh, padahal aksi penolakan tidak hanya di Istana di daerah-daerah pun menyuarakan penolakan yang sama bahkan sebelumnya kawan-kawan Buruh sudah melakukan pemblokiran Tol dan melumpuhkan beberapa kawasan Industri, tapi Pemerintah tetap tidak bergeming demi melindungi kepentingan Tuan Pemodal. 
Ditengah kekecewaan dan amarah kami, kami mengikuti upacara penurunan Bendera Merah Putih yang berada di halaman Istana Negara yang megah, megah dengan kemunafikan dan pendzoliman. Aparat keamanan dan massa aksi bersama-sama melakukan penghormatan kepada Bendera Pusaka Merah Putih di iringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, halaman Istana Bergema dengan lagu kebangsaan “Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku”. 
Pkl. 18.00: setelah melaksanakan sholat maghrib berjamaah kami berdzikir dan berdo’a meminta kepada Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa agar para Pemimpin-pemimpin Negeri ini di bukakan hatinya, peduli dengan penderitaan dan suara-suara Rakyatnya.
Pkl. 18.30 Kapolres Jakarta Pusat Hendro Pandowo meminta agar Massa Aksi meninggalkan Istana, sesuai dengan aturan sampai pkl 18.00. Untuk hal-hal yang mengganggu kepentingan “Tuannya” mereka bicara aturan dan tegas menjalankannya, kenapa aturan tidak di jalankan dengan tegas untuk “Tuannya” Para Pemodal yang sudah jelas-jelas dan secara terang-terangan melakukan pelanggaran bahkan tindak kejahatan terhadap kami kaum buruh, Union Busting? Membayar upah di bawah UMP? Kenapa aturan tidak tegas dijalankan kepada oknum-oknum Pemerintah dengan segala pelanggarannya?
Indahnya Indonesiaku..
Garda Metal, Brigade, Godam, Laskar Buruh, Bambu kembali membentuk formasi Rantai Manusia untuk pengamanan Massa Aksi, sholawat dan dzikir menggema, suasana semakin mencekam ketika Polisi Huru Hara dengan segala perlengkapannya mulai Merangsek mendekati kami Massa Aksi, mobil-mobil Water Cannon sudah memberikan isyarat dengan lampu-lampu tembaknya. Kami di intruksikan untuk tidak bertindak anarkis, provokasi, apapun yang terjadi kami tidak boleh melawan.
Kami saling bergandengan tangan, perasaan geram, sedih, bercampur aduk, sholawat dan dzikir terus bergema kami ikhlas dengan apapun yang terjadi, kami sangat geram ketika melihat anak-anak bangsa yang meminta keadilan dan kesejahteraan malah dihadapkan dengn Water Cannon, bara kuda dan ribuan aparat Kepolisian Huru Hara lengkap dengan tameng dan senapan gas airmata. Padahal kami buruh bertangan kosong, hanya membawa badan dan bendera.. 
Pkl.19.00 : Water Cannon mulai menyapa kami, kami tak gentar sedikitpun, dzikir dan sholawat terus mengiringi semprotan-semprotan Water Cannon, orasi-orasi semakin menggelegar menentang kengakuhan dan kesewenang-wenangan para penguasa Negeri, polisi huru hara dengan yel-yelnya terus merangsek dari segala penjuru, tak lama berselang dentuman senapan gas airmata mulai mewarnai keangkuhan istana, massa aksi mulai panik lari berhamburan mata perih sulit untuk melihat, nafas sesak, kami terpontang panting menjauh dari Istana entah berapa kali gas biadab itu di tembakan, banyak kawa-kawan terutama perempuan yang jatuh pingsan karena kesulitan bernafas.
Badan terasa panas, mata perih sulit melihat dan nafas sesak kami terus menjauh dari Istana. 
Tidak cukup sampai disitu, sekalipun massa aksi sudah membubarkan diri kami terus dikejar dan di hadang oleh pasukan berseragam T-shirt Biru pada lengan sebelah kanan menempel bordiran warna bendera merah putih dibagian belakang bertuliskan “POLISI” bercelana dan bersepatu cream penampilan yang “MODIS” ternyata “SADIS”. 
Tak jauh dari Istana Negara yang Terhormat kami di aniyaya oleh bangsa sendiri dengan segala perlengkapan yang di beli dari pajak Rakyat dan di gunakan untuk menganiyaya Rakyatnya sendiri, dengan membabi-buta mereka memukuli kawan-kawan dengan tangan dan bambu, diseret, di tendang, di jambak, tak peduli laki-laki atau perempuan, tak peduli meskipun sudah tidak berdaya dan berlumuran darah mereka tetap membabi buta, beberapa mobil komando di rusak, kami terus di kejar terus dipukuli. 
Kawan-kawan yang tertangkap dimasukan kedalam Mobil Dalmas terus dipukuli dan tanpa perasaan mereka melemparkan Gas Airmata kedalam mobil, sungguh biadab. Entah doktrin apa yang sudah diberikan kepada mereka hingga menghilangkan hati dan rasa yang dimiliki sebagai manusia. 
Kami geram, kami ingin melawan! tak tega melihat saudara-saudara kami di perlakukan seperti itu. Dengan keberutalan mereka para “Preman Negara berseragam Modis dan Sadis” tapi kami tak bisa berbuat banyak di intruksian tetap untuk tidak melawan. 
Beberapa kawan-kawan Pejuang Buruh dan kawan dari LBH ditangkap dan di bawa ke POLDA dan beberapa kawan ada juga yang masuk Rumah Sakit.
Tanggal 31 Oktober 2015 Pukul 17 semua kawan-kawan Pejuang Buruh dan LBH di bebaskan dari POLDA dengan status “TERSANGKA”, status yang seharusnya diberikan kepada “TUANNYA” yang telah banyak melecehkan Undang-Undang sebagai Konstitusi Negara.
Kita telah berjuang dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya.
Ini bukan akhir dari perlawanan kami, amarah kami semakin memuncak, perlawanan kami akan terus menyebar kedalam urat nadi Rakyat yang tertindas.
Salam Hormat untuk semua saudara-saudara ku para Pejuang Buruh, para Pejuang Keadilan, Garda Metal, Brigade, Godam, Laskar Buruh, Bambu dan seluruh elemen-elemen lainnya yang sudah melakukan perlawanan dengan tetap konsisten menentang kesewenang-wenangan Rezim Penindas Rakyat!
Perluas terus persatuan, jangan jadikan ke egoisan memecah belah persatuan, kita satu penderitaan sebagai Rakyat tertindas, kita satu cita-cita menciptakan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tidak ada alasan lagi untuk tidak bersatu, kita sama-sama dijajah sama-sama di tindas di Negeri sendiri.
Terus lakukan mobilisasi dan konsolidasi, satukan semua kekuatan Massa Rakyat.
Hajatan Besar untuk kaum Pemodal beserta antek-anteknya akan kita gelar..
MOGOK NASIONAL!!!

0 komentar:

Posting Komentar