SABTU, 27 OKTOBER 2018 07:44 WIB
Omzet Industri Semen
2014 Diprediksi Naik
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi industri semen tanah air tengah
menghadapi tantangan. Pasalnya, pertumbuhan produksi semen tidak diimbangi oleh
kenaikan jumlah konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Ketua Umum Asosiasi
Semen Indonesia Widodo Santoso mengatakan terjadi kelebihan pasokan atau over supply
sebesar 30 juta ton pada tahun ini.
Hal tersebut membuat kompetisi industri menjadi sangat
tajam yang berimbas pada anjloknya harga semen. “Ini berat untuk para produsen
semen apalagi para investor baru yang modal pembangunannya
sebagian dari pinjaman bank,” ujar Widodo, Jumat 26 Oktober 2018.
Menurut Widodo, satu-satunya jalan untuk mengurangi
kerugian adalah dengan mengekspor sebagian hasil produksi. Namun, persaingan
semakin berat lantaran over supply yang cukup besar juga terjadi pada negara
tetangga, seperti Vietnam dan Thailand. Adapun target ekspor tahun ini sebesar
5 juta ton dinilai belum bisa membantu mengurangi over supply.
“Salah satu jalan untuk industri semen adalah stop pembangunan pabrik baru semen sampai ada keseimbangan antara kapasitas terpasang dan konsumsi semen dalam negeri,” kata Widodo.
Saat ini, kata dia, kapasitas produksi dalam negeri
mencapai 107 juta ton. Adapun konsumsi dalam negeri diperkirakan mencapai 69
juta ton dan luar negeri 5 juta ton per tahun. Widodo menuturkan apabila
pemerintah masih saja membuka izin baru, maka kinerja produsen semen akan
semakin terpuruk dan berimbas pada buruknya iklim investasi di Indonesia.
Sudah jelas oversupply yang sangat besar kok masih dibuka terus izin investasi produk tersebut. Nanti bisa banyak yang tutup pabrik semen dan impact lainnyanya pemecatan karyawan bisa,” kata Widodo.
Adapun jumlah konsumsi semen dalam negeri mengalami
kenaikan sebesar 4 persen atau naik 2,5 juta ton. Angka tersebut dinilai cukup
baik untuk negara di Asia Tenggara dengan permintaan domestik yang naik pada
kisaran 2-6 persen. Kenaikan konsumsi ditopang oleh pembangunan
infrastruktur yang cukup baik. Namun, kata dia, kebutuhannya untuk
infrastruktur hanya sekitar 25 sampai 30 persen saja dari komsumsi nasional.
Salah satu perusahaan semen, PT Holcim Indonesia Tbk,
menargetkan menargetkan pertumbuhan penjualan di atas 6 persen hingga akhir
tahun ini. Presiden Direktur Holcim Gary Schutz menuturkan tengah
menjalankan program efisiensi dengan mengoptimalkan saluran distribusi,
produksi dan pemanfaatan bahan bakar alternatif. Hal tersebut tercermin dari
peningkatan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization
(EBITDA) tahun ini.
“Holcim sangat menghargai rencana-rencana Pemerintah. Kami juga berharap pemerintah dapat membantu dalam bentuk kebijakan atau memberikan stimulan untuk penyerapan hasil produksi semen dengan lebih baik,” ujar Gary.
Pemerintah mendorong industri semen tanah air untuk
melakukan efisiensi pabrik melalui operasionalisasi kapasitas produksi terhadap
permintaan yang terukur untuk mengatasi kelebihan pasokan produksi tahun ini.
Pasalnya, pemerintah tidak bisa memenuhi permintaan industri eksisting untuk
menghentikan perizinan pembuatan pabrik semen baru di dalam negeri.
“Pemerintah ditengah gencar-gencarnya menarik investasi baru akan kontraproduktif bila mengambil kebijakan moratorium untuk investasi pabrik semen baru,” ujar Direktur Industri Bahan Galian Non Logam (IBGNL) Kementerian Perindustrian Adi Rochmanto Pandiangan kepada Tempo, kemarin.
Adi menuturkan kelebihan pasokan atau over supply yang
terjadi saat ini merupakan akibat tren permintaan semen yang
meningkat pada 5-6 tahun lalu. Pada saat itu pertumbuhan sektor properti maupun
konstruksi sangat menjanjikan. Menurut Adi, ekspansi atau peningkatan kapasitas
produksi dalam dunia bisnis adalah hal yang wajar. Apalagi, hal tersebut
sejalan dengan langkah perbaikan ekonomi Indonesia.
Pemerintah berharap peningkatan utilitas melalui
permintaan pasar dari berbagai proyek infrastruktur, serta properti pemerintah
dan swasta bisa mendorong ekspansi pasar ekspor. Untuk menunjang pertumbuhan
indutri, Adi menuturkan kementerian perindustrian akan melakukan insiatif untuk
memfasilitasi kepastian harga maupun pasokan batubara.
“Hal tersebut memakan 30 persen dari biaya produksi,” ujar Adi.
Sumber: Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar