Selasa, 10 Oktober 2017

Seribu Mahasiswa Turun Kejalan Kecam Kekerasan dan Desak Bupati Cabut Ijin PLTPB Baturaden

10 Oktober, 2017


Aksi seribu mahasiswa se-Purwokerto 10 Oktober 2017 di alun-alun Purwokerto mengecam kekerasan aparat terhadap warga yang menolak proyek PLTPB Baturaden oleh PT. SAE. [foto:ahmed]

Mahasiswa se-Purworkerto melakukan aksi turun kejalan untuk mengecam tindak kekerasan dan penangkapan terhadap warga yang tergabung dalam Aliansi Selamatkan Slamet pada hari Senin 9 Oktober 2017 kemarin. Aksi yang diikuti oleh seribu mahasiswa tersebut juga ditujukan untuk mendesak dihentikannya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTBP) serta dicabutnya ijin PT. Sejahtera Alam Energy (PT.SAE) karena telah merugikan masyarakat dan merusak kawasan lereng Gunung Slamet.
Dalam aksi yang di pusatkan di alun-alun Purwokerto tersebut massa mengecam Bupati dan Kapolres Banyumas yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam menghadapi tuntutan rakyat. Massa mendesak agar Kapolres Banyumas melepaskan warga yang ditangkap serta bertanggungjawab atas korban yang mengalami luka-luka ataupun mengalami tindak kekerasan.
Aksi juga diisi dengan press conference dari Aliansi Selamatkan Slamet dan kesaksian dari korban kekerasan aparat. Sasongko dari perwakilan desa yang juga korlap di aksi Selamatkan Slamet (9/10) menyampaikan bahwa dia orang yang diseret pertama kali.  Dia diseret-seret hingga bajunya robek. Dan dipukul hingga lebam dibagian dahi. Korban lain, Marsha Azka juga ditangkap dan ditarik serta dipukul oleh aparat hingga bagian telinganya luka. Dia pun menjelaskan mengapa dirinya ikut aksi karena melihat langsung dampak dari PLTPB. Keruhnya air membuat warga harus menggunakan air galon selama seminggu berturut-turut. Bahkan turunnya babi ke warga dan menyerang warga. .
Tim advokasi yang diwakili Lembaga Bantuan Hukum Jogja menyampaikan penangkapan yang dilakukan aparat tidak ada dasar hukumnya. Lalu, tindakan kekerasan terhadap massa aksi akan ditindak lanjuti dan korban akan segera melakukan pelaporan.
Berdasarkan data yang disampaikan Aliansi Selamatkan Slamet pembangunan proyek PLTPB Baturaden telah merampas tanah dan hutan milik rakyat yang selama ini menjadi sandaran hidup. Selain itu, akibat dari aktifitas proyek PLTPB tersebut, terjadi kerusakan lingkungan yang mengganggu kehidupan rakyat. Lebih dari 7 Desa di Banyumas mengalami krisis air bersih. Begitu pula dengan ancaman satwa dari lereng Gunung Slamet yang terusir karena aktivitas pembangunan PTLPB oleh PT. SAE. []
Sumber: MRB-Media.Com 

0 komentar:

Posting Komentar