2016 / Juni / 12 22:14
Laporan terbaru dari PBB memaparkan bahwa
kerusakan lingkungan yang dilakukan manusia terjadi jauh lebih cepat
daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Banyak tembok laut mini
menyebar di sepanjang garis pantai, yang tidak terlalu membuat Jakarta
aman dari naiknya permukaan laut. (www.utarakanjakarta.com)
Laporan
terbaru dari PBB memaparkan bahwa kerusakan lingkungan yang dilakukan
manusia terjadi jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Kerusakan ini juga terjadi jauh lebih cepat, jika dibandingkan dengan
waktu lingkungan untuk pulih.
Studi ini dilakukan oleh United Nations Environment Programme (UNEP). Mereka mengumpulkan data kerusakan lingkungan yang paling komprehensif.
Pengumpulan data ini melibatkan lebih dari 1.200 ilmuwan, lebih dari 160 pemerintah, dan ratusan lembaga ilmiah. Tanpa perubahan besar-besaran, dalam artian hanya mengandalkan tindakan pemerintah dalam degradasi lingkungan, maka ekosistem dunia akan rusak tak bisa pulih.
"Sangat penting bahwa kita mesti memahami langkah dalam perubahan lingkungan yang terjadi, dan kita mulai memahami alam, bukan melawannya dalam mengatasi berbagai ancaman lingkungan yang kita hadapi," jelas Direktur Eksekutif UNEP, Achim Steiner dalam sebuah pernyataan
Studi ini mengkompilasi enam laporan terpisah yang melihat secara rinci berbagai daerah di dunia. Daerah tersebut antara lain wilayah Eropa, Amerika Utara, Asia dan Pasifik, Asia Barat, Amerika Latin dan Karibia, serta Afrika.
Isu-isu utama dan ancaman berbeda dari satu tempat ke tempat, tetapi pada umumnya mereka menemukan bahwa perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi lahan, dan kelangkaan air merupakan masalah global yang perlu ditangani sesegera mungkin.
Penulis berharap penelitian mereka dapat membantu dalam upaya memerangi perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Mereka menyimpulkan, walaupun kerusakan lingkungan lebih cepat terjadi dari waktu lingkungan untuk pulih, masih ada waktu untuk melindungi ekosistem.
Tentu pemerintah memiliki andil besar dalam menghentikan masalah, seperti kerusakan lingkungan laut dan tingkat polusi udara yang terus naik. Namun, kita sebagai warga negara mestinya dengan kesadaran pribadi turut andil membantu pemerintah.
Studi ini dilakukan oleh United Nations Environment Programme (UNEP). Mereka mengumpulkan data kerusakan lingkungan yang paling komprehensif.
Pengumpulan data ini melibatkan lebih dari 1.200 ilmuwan, lebih dari 160 pemerintah, dan ratusan lembaga ilmiah. Tanpa perubahan besar-besaran, dalam artian hanya mengandalkan tindakan pemerintah dalam degradasi lingkungan, maka ekosistem dunia akan rusak tak bisa pulih.
"Sangat penting bahwa kita mesti memahami langkah dalam perubahan lingkungan yang terjadi, dan kita mulai memahami alam, bukan melawannya dalam mengatasi berbagai ancaman lingkungan yang kita hadapi," jelas Direktur Eksekutif UNEP, Achim Steiner dalam sebuah pernyataan
Studi ini mengkompilasi enam laporan terpisah yang melihat secara rinci berbagai daerah di dunia. Daerah tersebut antara lain wilayah Eropa, Amerika Utara, Asia dan Pasifik, Asia Barat, Amerika Latin dan Karibia, serta Afrika.
Isu-isu utama dan ancaman berbeda dari satu tempat ke tempat, tetapi pada umumnya mereka menemukan bahwa perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi lahan, dan kelangkaan air merupakan masalah global yang perlu ditangani sesegera mungkin.
Penulis berharap penelitian mereka dapat membantu dalam upaya memerangi perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Mereka menyimpulkan, walaupun kerusakan lingkungan lebih cepat terjadi dari waktu lingkungan untuk pulih, masih ada waktu untuk melindungi ekosistem.
Tentu pemerintah memiliki andil besar dalam menghentikan masalah, seperti kerusakan lingkungan laut dan tingkat polusi udara yang terus naik. Namun, kita sebagai warga negara mestinya dengan kesadaran pribadi turut andil membantu pemerintah.
(K.N Rosandrani / Iflscience)
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/06/lingkungan-kita-rusak-lebih-cepat-dibanding-waktu-pulih
0 komentar:
Posting Komentar