Para petani berunjuk rasa di depan Istana Negara, Selasa (12/4/2016)
dengan mengecor kaki mereka sebagai bentuk protes pembangunan pabrik
semen di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah.
JAKARTA, KOMPAS.com -
Sembilan petani perempuan yang kerap disebut Kartini Pegunungan
Kendeng, mengecor kaki mereka di seberang Istana Negara pada Selasa
(12/4/2016).
Hal ini merupakan bentuk protes petani terhadap pendirian pabrik semen PT. Semen Indonesia. Sembilan Kartini Pegunungan Kendeng tersebut merupakan para petani sepanjang pegunungan Kendeng yaitu Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan, Jawa Tengah.
"Kami ingin bertemu dan berdialog dengan Presiden Jokowi," ungkap Deni Yulianti (28), petani asal Grobogan diselingi isak tangis.
Melalui aksi ini, Deni berharap tidak adanya pabrik semen yang berdiri di Jawa Tengah. Keinginan Deni ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya, Pabrik semen akan berdampak pada kondisi lingkungan sekitar.
Menurut Deni, sudah banyak sumber mata air yang mati di Grobogan.
"Kalau alam sudah rusak, bagaimana anak cucu kita nantI," kata Deni.
Sebagai petani, Deni sudah tidak bisa mengandalkan musim yang dulunya bisa diperhitungkan.
Pagi tadi, Staf Kepresidenan Teten Masduki datang ke Kontras tempat para "Kartini" menginap. Teten memperingatkan bahaya yang datang dari aksi yang mereka lakukan. Namun, kesembilan "kartini" kompak tetap melaksanakan aksi mereka.
"Jika pabrik semen terus berdiri justru lebih berbahaya buat saya dan generasi mendatang," tambah Deni.
Hal ini merupakan bentuk protes petani terhadap pendirian pabrik semen PT. Semen Indonesia. Sembilan Kartini Pegunungan Kendeng tersebut merupakan para petani sepanjang pegunungan Kendeng yaitu Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan, Jawa Tengah.
"Kami ingin bertemu dan berdialog dengan Presiden Jokowi," ungkap Deni Yulianti (28), petani asal Grobogan diselingi isak tangis.
Melalui aksi ini, Deni berharap tidak adanya pabrik semen yang berdiri di Jawa Tengah. Keinginan Deni ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya, Pabrik semen akan berdampak pada kondisi lingkungan sekitar.
Menurut Deni, sudah banyak sumber mata air yang mati di Grobogan.
"Kalau alam sudah rusak, bagaimana anak cucu kita nantI," kata Deni.
Sebagai petani, Deni sudah tidak bisa mengandalkan musim yang dulunya bisa diperhitungkan.
Pagi tadi, Staf Kepresidenan Teten Masduki datang ke Kontras tempat para "Kartini" menginap. Teten memperingatkan bahaya yang datang dari aksi yang mereka lakukan. Namun, kesembilan "kartini" kompak tetap melaksanakan aksi mereka.
"Jika pabrik semen terus berdiri justru lebih berbahaya buat saya dan generasi mendatang," tambah Deni.
Penulis | : Lutfy Mairizal Putra |
Editor | : Sabrina Asril |
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/12/19553321/Tolak.Pabrik.Semen.9.Kartini.Pegunungan.Kendeng.Mengecor.Kaki.di.Depan.Istana
0 komentar:
Posting Komentar