PEREMPUAN & MIMBAR: Sarmiyah perempuan warga Desa Sikayu Buayan menyampaikan orasinya dengan mengucurkan airmata; kesedihan akan ancaman kerusakan lingkungan yang mewakili lintas generasi. Kegiatan ekstraktif tambang batuan karst jelas akan mengepras dan mengeksploitasi lapis resapan terbaik alam. Pada gilirannya akan merusak tata air "hydro-karst" Gombong Selatan yang jadi andalan memasok air bagi irigasi pertanian, perikanan serta kebutuhan domestik harian rumahtangga [Foto: MKGS]
Di saat Ganjar Pranowo memimpin
rapat Andal, RPL-RKL pt Semen Gombong di kantor gubernur hari ini (8/4) Persatuan
Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] menggelar rapat terbuka di depan
sumber mata air Kalisirah, tlatah Karangkamal desa Sikayu. Rapat terbuka dikemas dalam bentuk mimbar bebas ini digelar di salah satu zona yang jadi
bagian dari tata air hidro-karst
Gombong selatan.
Rapat terbuka menyikapi perkembangan
terakhir ini didominasi kehadiran ibu-ibu yang juga menyampaikan aspirasi
dengan megaphone. Seorang perempuan
Desa Sikayu, Mujiyati, bahkan sampai menangis manakala menyampaikan orasi
penolakan terhadap rencana tambang semen di pegunungan karst terumbu di bagian
hulu desanya.
“Kami harap tak ada tambang semen di
desa kami”, ujar Mujiyati terbata-bata. Saat KebumenNews mendekati ibu ini setelah berorasi, Sarmiyah dan
beberapa perempuan lain nyerocos mendesakkan
ketidaksetujuannya terhadap penambangan semen di wilayah ini.
Ratusan warga yang berkumpul di sela
kesibukan musim panen padi di desa Sikayu, menggelar aksi di zona sumber
Kalisirah yang pernah ditinjau Menteri LHK; dengan membawa poster berisi
berbagai tuntutan penolakan tambang.
Resistensi
Tambang Semen
PERPAG: Ketua Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) Samtilar tengah berorasi di lokasi sumber air Kalisirah, dukuh Karangkamal, Desa Sikayu [Foto: MKGS]
______
Penolakan masyarakat dan resistensi
Perpag terhadap rencana operasionalisasi tambang batuan karst di wilayah
Gombong selatan memang telah disampaikan melalui berbagai kesempatan. Termasuk
saat pembahasan uji Andal (Analisis Dampak Lingkungan) pt Semen Gombong di
Balai Uji dan Laboratorium Lingkungan, BLH Provinsi Jawa Tengah (29/11/2015)
lalu.
Perpag bersama massarakyat bahkan
menggelar aksi ribuan massa di kompleks BLH dan bahkan ke kantor Gubernur
Jateng waktu itu. Tetapi rupanya rencana operasionalisasi tambang pt Semen
Gombong tetap bergulir dan telah memasuki ambang krussial, meskipun ada
resistensi kuat dari masyarakat sekitar kawasan karst. Perihal penolakan ini
juga telah disampaikan ke BPMPT (Badan Peneneman Modal dan Perijianan Terpadu)
serta KLH (Kantor Lingkungan Hidup) Kabupaten Kebumen.
Dalam kaitan ini, Samtilar dan
Lapiyo, ketua dan wakil ketua Perpag tak pupus menggalang solidaritas meluas.
Tak kurang, pakar karstologi dan ahli lingkungan, Dr. Ko dan Emil Salim; ikut
mendukung gerakan tolak tambang yang mengeksploitasi batuan karst, khususnya di
Jawa.
“Kami tidak anti investasi. Tetapi
jika pilihan investasi ini mengancam kerusakan lingkungan, terutama sumber air
yang merupakan kebutuhan vital masyarakat luas; sampai kapan pun kami menolak”,
tegas Samtilar.
“Tanah-tanah bakal areal tambang itu
memang telah jadi milik pt Semen Gombong. Tetapi bukan berarti investor ini
bisa semaunya memanfaatkan untuk kegiatan yang jelas bakal merusak lingkungan”,
kata Lapiyo dalam orasinya.
Ditegaskan pula bahwa Perpag tak
akan berhenti dalam perjuangannya. Namun, apakah rencana operasionalisasi tambang
pt Semen Gombong akan dipaksakan berjalan di tengah kuatnya gelombang penolakan?
Ironi demikian juga terjadi di
berbagai daerah Jawa Tengah. Dalam waktu dekat akan dipersiapkan aksi koalisi
yang menyatukan gerakan penolakan itu ke istana.
0 komentar:
Posting Komentar