Jumat, 08 April 2016

Gubernur Pimpin Rapat di Kantornya, Perpag Gelar Mimbar di Desanya



PEREMPUAN & MIMBAR: Sarmiyah perempuan warga Desa Sikayu Buayan menyampaikan orasinya dengan mengucurkan airmata; kesedihan akan ancaman kerusakan lingkungan yang mewakili lintas generasi. Kegiatan ekstraktif tambang batuan karst jelas akan mengepras dan mengeksploitasi lapis resapan terbaik alam. Pada gilirannya akan merusak tata air "hydro-karst" Gombong Selatan yang jadi andalan memasok air bagi irigasi pertanian, perikanan serta kebutuhan domestik harian rumahtangga [Foto: MKGS] 

Di saat Ganjar Pranowo memimpin rapat Andal, RPL-RKL pt Semen Gombong di kantor gubernur hari ini (8/4) Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] menggelar rapat terbuka di depan sumber mata air Kalisirah, tlatah Karangkamal desa Sikayu. Rapat terbuka dikemas dalam bentuk mimbar bebas ini digelar di salah satu zona yang jadi bagian dari tata air hidro-karst Gombong selatan.

Rapat terbuka menyikapi perkembangan terakhir ini didominasi kehadiran ibu-ibu yang juga menyampaikan aspirasi dengan megaphone. Seorang perempuan Desa Sikayu, Mujiyati, bahkan sampai menangis manakala menyampaikan orasi penolakan terhadap rencana tambang semen di pegunungan karst terumbu di bagian hulu desanya.

“Kami harap tak ada tambang semen di desa kami”, ujar Mujiyati terbata-bata. Saat KebumenNews mendekati ibu ini setelah berorasi, Sarmiyah dan beberapa perempuan lain nyerocos mendesakkan ketidaksetujuannya terhadap penambangan semen di wilayah ini.

Ratusan warga yang berkumpul di sela kesibukan musim panen padi di desa Sikayu, menggelar aksi di zona sumber Kalisirah yang pernah ditinjau Menteri LHK; dengan membawa poster berisi berbagai tuntutan penolakan tambang.


Resistensi Tambang Semen

 PERPAG: Ketua Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) Samtilar tengah berorasi di lokasi sumber air Kalisirah, dukuh Karangkamal, Desa Sikayu [Foto: MKGS] 
______

Penolakan masyarakat dan resistensi Perpag terhadap rencana operasionalisasi tambang batuan karst di wilayah Gombong selatan memang telah disampaikan melalui berbagai kesempatan. Termasuk saat pembahasan uji Andal (Analisis Dampak Lingkungan) pt Semen Gombong di Balai Uji dan Laboratorium Lingkungan, BLH Provinsi Jawa Tengah (29/11/2015) lalu.

Perpag bersama massarakyat bahkan menggelar aksi ribuan massa di kompleks BLH dan bahkan ke kantor Gubernur Jateng waktu itu. Tetapi rupanya rencana operasionalisasi tambang pt Semen Gombong tetap bergulir dan telah memasuki ambang krussial, meskipun ada resistensi kuat dari masyarakat sekitar kawasan karst. Perihal penolakan ini juga telah disampaikan ke BPMPT (Badan Peneneman Modal dan Perijianan Terpadu) serta KLH (Kantor Lingkungan Hidup) Kabupaten Kebumen.

Dalam kaitan ini, Samtilar dan Lapiyo, ketua dan wakil ketua Perpag tak pupus menggalang solidaritas meluas. Tak kurang, pakar karstologi dan ahli lingkungan, Dr. Ko dan Emil Salim; ikut mendukung gerakan tolak tambang yang mengeksploitasi batuan karst, khususnya di Jawa.

“Kami tidak anti investasi. Tetapi jika pilihan investasi ini mengancam kerusakan lingkungan, terutama sumber air yang merupakan kebutuhan vital masyarakat luas; sampai kapan pun kami menolak”, tegas Samtilar.

“Tanah-tanah bakal areal tambang itu memang telah jadi milik pt Semen Gombong. Tetapi bukan berarti investor ini bisa semaunya memanfaatkan untuk kegiatan yang jelas bakal merusak lingkungan”, kata Lapiyo dalam orasinya.

Ditegaskan pula bahwa Perpag tak akan berhenti dalam perjuangannya. Namun, apakah rencana operasionalisasi tambang pt Semen Gombong akan dipaksakan berjalan di tengah kuatnya gelombang penolakan?
Ironi demikian juga terjadi di berbagai daerah Jawa Tengah. Dalam waktu dekat akan dipersiapkan aksi koalisi yang menyatukan gerakan penolakan itu ke istana.    
        

0 komentar:

Posting Komentar