Senin, 21 Maret 2016

Membangun Inisiatif Lokal Pada Wisata Karst [1]

RINTISAN: Profil tebing luar Gua Cocor di dukuh Karangkamal desa Sikayu, dimana warga dan pemuda mulai mempersiapkannya jadi obyek wisata gua. Nampak tipe batuan karst jenis terumbu yang mendominasi KBAK Gombong Selatan [Foto: MKGS] 

 
Prakarsa murni warga dan pemuda desa Sikayu Buayan dalam mengelola potensi kawasan karst tergolong maju, setidaknya tak berhenti pada keprihatinan semata. Terbukti sejak Februari lalu getol melakukan kerja bakti kerigan massal di 2 gua kapur yang terdekat dengan pemukiman. Yakni Gua Banteng dan Gua Cocor. Di pegunungan karst Desa Sikayu ini memang terdapat puluhan gua-gua alam yang belum dikelola sebagai suatu potensi kawasan.

Di sekitar Gua Banteng dan Gua Cocor ini pula ratusan warga pernah melakukan aksi penanaman seribu bibit pohon jati dan mempersiapkan bibit pohon produktif seperti durian dan sejenisnya untuk aksi tanam pohon berikutnya. Bagian hulu desa ini memang dikenal memiliki banyak sekali gua-gua alam, ponor dan mata air besar. Beberapa gua besar yang ada, seperti Gua Pucung, Gua Candi, Gua Rambat, Gua Kalisirah, Lepen Jeblosan, Jumbleng.

BERBENAH: Mulut Gua Cocor 2 yang di bagian dalamnya terdapat lorong tembus ke Gua Tenel, bagus untuk aktivitas Caving. Sedang di bagian serambi terdapat avent Rappling setinggi 9 meter yang biasa dipakai berlatih SRT [Foto: MKGS]
 
Beberapa dari gua-gua itu saling terhubung satu sama lain dan bahkan membentuk suatu tata air atau sistem hidrologi karst yang sangat unik. Terdapat aliran besar dan sungai bawah tanah yang menjadi tumpuan kebutuhan hidup masyarakat setempat. Mulai dari kebutuhan domestik harian hingga perikanan dan irigasi pertanian yang memasok aliran air bukan hanya di wilayah kecamatan Buayan. Namun juga kecamatan lain seperti Gombong, Karanganyar, Adimulyo, Petanahan, Puring.

Wilayah Kecamatan Rowokele dan Ayah juga mengandalkan berkah air dari kawasan yang didominasi oleh batuan karst jenis terumbu ini. Itu sebabnya ketika ada rencana pengoperasian tambang pabrik semen di kawasan karst Gombong selatan; mayoritas warga Sikayu menolaknya.     

Wisata Gua dan Rumah Pohon Sikayu

RUMAH PHON: Rumah pohon yang dibangun pemuda desa Sikayu di kompleks Gua Cocor [Foto: MKGS]
 
Gua Banteng dan Gua Cocor di tlatah dukuh Karangkamal jadi fokus kajian warga dalam mewujudkan ide-ide awal pengembangan wisata desa. Kedua gua karst yang masing-masing memiliki 2–4 pintu dan saling terhubung tiap guanya ini; pernah menjadi “korban eksploitasi” tambang tradisional bahan phospat. Hingga akhir 2015 lalu nampak mulut gua ini ditutup “barikade” oleh warga, dengan tujuan mencegah kerusakan interior gua agar tidak lebih parah.

Ratusan warga berpartisipasi melalui organ Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong [Perpag] untuk melakukan aksi tanam pohon jati. Secara personal dan sporadis warga juga menanam pohon, terutama jenis jati dan mahoni di lahan kering miliknya. Sejak awal 2016 kedua gua fossil ini mulai ditata kembali melalui kerigan massal tiap akhir pekan. Kerusakan terparah ada di bagian dasar dan sebagian pada dinding gua karst. Fokus pembenahan pada bagian lantai dengan membuat jalur-jalur track susun batuan dan kolam-kolam penampung tetes air.  

Minggu ketiga Februari 2016, warga mendeklarasikan “desa wisata” gua alam “Banteng-Cocor” yang merupakan gabungan nama 2 gua setempat. Hingga medio Maret 2016 terjadi fenomena pada interior gua yang cukup mengejutkan. Yakni di serambi dalam Gua Cocor dekat dengan lorong bercabang yang mengarah ke Gua Tenel. Gua yang sebelumnya merupakan gua fossil kering ini berubah tumbuh menjadi gua hidup yang makin banyak memunculkan titik-titik air. Bahkan mulai timbul proses hidup yang ditandai pembentukan stalagtiet dari bagian relung kubahnya.

Di bagian luar gua di sisi track Gua Cocor ini pemuda mulai membuat rumah pohon setinggi 8 meter dan dimungkinkan menambah jumlah rumah pohon di sisi lainnya. Hal ini dirancang sebagai daya tarik yang akan dikombinasikan sebagai paket wisata alam. Beberapa kegiatan interaksi alam seperti climbing, caving, rappling dan dalam rencana akan dibangun fasilitas flying-fox di kompleks Gua Banteng dan Gua Cocor ini. 

 RAPPLING: Aktivis Karst Marsinus Yosa tengah mengajarkan SRT kepada anak-anak Desa Sikayu sebagai bagian dari menanamkan kesadaran sejak dini dan rasa pada cinta alam sekitarnya. Di serambi Gua Cocor ini juga dipakai sebagai wahana berlatih para pemula [Foto: MKGS]

0 komentar:

Posting Komentar