21 Desember 2017 16:03
Secara umum sudah diketahui bahwa mayoritas masyarakat Jawa Tengah adalah petani. Dan sejak dahulu, pertanian merupakan karakteristik utama Jateng. Karena itu, pemerintah Jateng sudah seharusnya memberikan prioritas perhatian pada sektor pertanian dan menunjukkan keberpihakan pada petani.
Namun di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo, elemen masyarakat yang paling banyak dirugikan adalah para petani. Dan ini menjadi rekam jejak kepemimpinan Ganjar Pranowo selama lima tahun terakhir. Hal ini bukan hanya tuduhan, namun sangat kentara, misalnya dalam kasus Kendeng (Pati, Rembang, Kudus), Urut Sewu (Kebumen), PLTU Batang.
Dalam semua kasus tersebut, kaum tani sudah jelas menjadi korban yang pertama kali dirugikan. Mengapa demikian karena lahan pertanian mereka diserobot atau dirusak oleh pembangunan pabrik, serta rusaknya ekosistem yang menjadi pendudukung utama keberhasilan usaha tani.
Karena itu, perlawanan masyarakat Kendeng misalnya bukan perlawanan untuk menyingkirkan pabrik semen, melainkan untuk merebut hajat hidup mereka yang dirampas oleh pendirian pabrik. Para petani menyadari bahwa konvensasi yang diberikan oleh perusahaan atau pemerintah tidak akan dapat mengganti fungsi lahan mereka.
Di sisi lain, para petani memahami bahwa ekosistem lingkungan saling terhubung dengan ekosistem lingkungan yang lain. Misalnya, kerusakan hutan akan berpengaruh pada rusaknya sawah dan permukiman. Rusaknya aliran sungai akan mempengaruhi sawah dan kebutuhan air masyarakat.
Ini lah yang tidak dipahami oleh Ganjar Pranowo sehingga mengabaikan para petani atau lebih tepatnya membiarkan para petani menjadi korban dari kebijakan-kebijakannya. Karena mayoritas masyarakat Jateng adalah petani, Ganjar Pranowo seharusnya beridir di sisi petani. Ini akan menjadi bukti keberpihakannya pada masyarakat Jateng.
Ganjar Pranowo perlu diingatka bahwa ketika dia baik secara sengaja maupun tidak sengaja membiarkan para petani menjadi korban keserakahan pembangunan industri tambang di Jateng, maka sejak saat itu ia telah membelakangi masyarakatnya.
Sumber: Kompasiana
0 komentar:
Posting Komentar