Saya tahu betul siapa yang menyampaikan pernyataan ini, yang menganggap penelusur gua hanyalah hobi. Pernyataan ini disampaikan oleh pimpinan lembaga pemerintah yang ngurusi masalah "perlindungan" karst. Pernyataan ini disampaikan di forum yang diselenggarakan di Hotel Pomelo tanggal 15 November 2016 yang diselenggarakan oleh MEAGI-IAGI yg dihadiri para pelaku industri.
Setelah saya mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saya langsung counter dengan bukti-bukti kontribusi penelusur gua yang saya yakin, lembaga yang beliau pimpin tidak mempunyai KAPASITAS dan KEMAMPAUAN untuk melakukan hal yang sama. Suatu saat, mereka pasti datang kepada penelusur gua untuk minta dibantu mencari "sungai bawah tanah". karena mereka tidak memiliki data dan kemampuan.
Pernyataan ini tidak hanya terdengar sekali-dua kali, di forum di hotel Amarosa Bogor, pernyataan yang sama dilontarkan. Selalu saya counter lagi dengan fakta.
Namun, di lain pihak terkadang mereka meminta data yang tidak dimiliki, dari para penelusur gua.
Ini aneh, seakan para penelusur gua dianggap sebagai "golongan" yang tidak layak disebut sebagai AHLI KARST meskipun para penelusur gua tidak pernah mengaku sebagai Ahli Karst.
Dan, parahnya lagi... data-data yang dimiliki oleh penelusur gua selalu "selangkah" di depan.
Saya terus terang "tersinggung" dengan pernyataan seperti ini, tidak hanya lembaga pemerintah, para lawyer di persidangan pengadilan tata usaha selalu "meremehkan" posisi para penelusur gua yang hanya hobi bahkan dianggap "kurang kerjaan".
Pernyataan seperti inilah yang mendorong dibentuknya "Masyarakat Speleologi Indonesia"
Mari kita tunjukkan kontribusi kita para penelusur gua di indonesia.
* Presiden Indonesian Speleological Society.
0 komentar:
Posting Komentar