Perpag Aksi Tanam Pohon

Menghijaukan kembali kawasan karst Gombong selatan, tengah diritis menjadi tradisi aksi berkelanjutan yang dimulai dari Desa Sikayu Buayan [Foto: Div.Media-Perpag]

Bentang Karst Kendeng Utara di Pati

Perbukitan Karst selalu identik dengan sumber-sumber air yang bukan hanya menjadi andalan kebutuhan domestik harian, melainkan juga kebutuhan utama sektor pertanian, perikanan dan kebutuhan agraris lainnya

KOSTAJASA

Koperasi Taman Wijaya Rasa membangun komitmen Bersama Hutan Rakyat - Kostajasa; berslogan "Tebang Satu Tanam Lima" [Foto: Div.Media-Perpag]

Ibu Bumi Dilarani

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

UKPWR

Warga UKPWR (Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso, Roban) tengah melakukan aksi penolakan PLTU Batubara Batang. Aksi dilakukan di perairan Roban (9/1) yang sekaligus merupakan perairan tempat para nelayan setempat mencari ikan [Foto: Uli]

Senin, 28 Januari 2019

Siaran Pers: Tegakkan Keadilan Hukum Untuk Kendeng !


Siaran Pers
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK)

Tegakkan Keadilan Hukum Untuk Kendeng !

Kredit Foto: Herno Joyo

Rembang, 28 Januari 2019

Hari ini (28/1/2019), kami warga Pegunungan Kendeng di Kabupaten Rembang melayangkan surat kepada POLRES Rembang untuk mengingatkan segenap institusi kepolisian bahwa ada tugas yang belum mereka selesaikan, yaitu mengungkap peristiwa perusakan dan pembakaran tenda beserta mushola perjuangan kami, yang sekitar dua tahun lalu terakhir kali berdiri sebelum dirusak dan dibakar secara keji oleh sekelompok orang. Kami datang untuk melayangkan permohonan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP) terkait persitiwa yang telah kami laporkan baik di Polda Jawa Tengah dan Polres Rembang tersebut. Surat tersebut pun telah diterima oleh petugas POLRES Rembang yaitu Nur Eko S sekitar pukul 11.30 WIB tadi. 
Warga yang mengirimkan surat ialah Ngatiban selaku Pelapor di temani beberapa warga dari Desa Tegaldowo dan Desa Timbrangan yaitu Sukinah, Sujito, Bungkarni dan Dulah. Surat juga di tembuskan ke pihak Irwasda dan Dit. Propam Polda Jateng, Irwasum dan Div.Propam Polri, Kompolnas dan Komnas HAM.

Tenda perjuangan tolak pabrik semen sebelumnya telah kami dirikan pada 16 Juni 2014 bertepatan dengan peletakkan batu pertama pendirian pabrik semen PT. Semen Indonesia. Namun pada 10 Februari 2017 lalu, sekitar pukul 19.30 WIB, sekelompok orang secara keji telah secara sengaja dan terorganisir merusak dan membakar tenda dan mushola perjuangan kami tersebut. Pada saat itu, tindakan keji tersebut dilakukan tepat didepan 5 orang ibu-ibu dan 2 orang bapak-bapak penolak pabrik semen yang kebetulan piket untuk berjaga. 

Namun ketujuh warga tersebut tidak bisa berbuat apa-apa karena pelaku yang sangat banyak yaitu sekitar 70an orang dan membuat ketujuh warga takut dan hanya bisa menangis ketakutan. Gerombolan pelaku itu juga sempat membentak-bentak dan berusaha mengusir warga yang berjaga didalam tenda.

Atas kejadian tersebut, warga penolak pabrik semen telah melakukan pelaporan ke POLDA Jawa Tengah pada ke-esokan harinya (11/2/2017) dan ke POLRES Rembang pada lusa harinya (12/2/2017). Bahkan telah terbit surat laporan polisi (LP) dengan nomor : LP/A/17/II/2017/Jtg/Res Rbg. Ketujuh warga yang menjadi saksi sekaligus korban ditambah 1 orang warga penolak pabrik semen telah memenuhi undangan POLRES Rembang untuk memberikan petunjuk dan keterangan. Terakhir, pihak penyidik memberikan SP2HP pada 23 Maret 2017. 

Namun, setelah itu tidak ada lagi perkembangan dari kasusnya. Padahal berdasarkan Pasal 39 ayat (1) Perkapolri Nomor 12 Tahun 2009, disebutkan “Dalam hal menjamin akuntabilitas dan transparansi penyidikan, penyidik wajib memberikan SP2HP kepada pihak pelapor baik diminta atau tidak diminta secara berkala paling sedikit 1 kali setiap 1 bulan”. Dalam hal ini, jangankan untuk dapat mengungkap tindak pidana yang terjadi, bahkan POLRES Rembang mengabaikan hak Pelapor atas akuntabilitas dan transparansi penyidikan.

Di akhir bulan pembuka tahun 2019 ini, kami warga Pegunungan Kendeng tidak jemu-jemunya untuk mengingatkan siapapun yang telah diserahi kewajiban konstitusional untuk mengurusi negara ini dan menegakkan keadilan bagi lingkungan, keadilan bagi pegunungan kendeng, dan keadilan bagi kami selaku pemilik sah kedaulatan di bumi Indonesia. Selain itu kami juga turut mengingatkan pemangku-pemangku kewenangan lainnya seperti Presiden, Gubernur dan segenap jajaran pemerintahan yang sampai saat ini masih mengingkari keadilan untuk Kendeng sebagaimana Putusan Mahkamah Agung dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kendeng. 

Pada intinya, pabrik semen dan penambangan beserta segala ketidakadilan dan mudharatnya harus dijauhkan dari Pegunungan Kendeng. Sampai kapanpun kami akan menagihnya dengan semangat Kendeng Lestari !

Narahubung: Ngatiban [081348479183]

Senin, 14 Januari 2019

Perpag dan Aksi Penyelamatan Kawasan Karst [2]

  • Catatan Kerja Perpag Merevitalisasi Ponor Sawi 

    • KERIGAN PONOR: Kerjabakti atau "kerigan" Perpag merevitalisasi ponor tetap dilanjutkan setelah 2 kali lubang galian mengalami longsor. Meski presentase keterlibatannya terbilang tak signifikan namun banyak warga terlibat, termasuk pemuda dan -ada juga perempuan- berpartisipasi dalam "kerigan" ini. [Foto: MKGS]   

      Barangkali yang dilakukan Perpag merevitalisasi ponor hanyalah perkara kecil dibanding problem-problem yang mengancam kelestarian pegunungan karst berikut ekosistemnya. Terlebih jika ingat bahwa jumlah ponor, yang berkorelasi langsung dengan pasokan dan ketersediaan air; begitu banyaknya. Untuk wilayah Desa sikayu saja, jumahnya bisa mencapai ratusan ponor. 

      Jika dicermati, hampir di setiap cerukan di pegunungan karst ini terdapat lubang ponor. Keseluruhannya terbentuk secara alami, karena elemen-elemen alam di sana punya hukum gerak material sendiri. Ponor bisa saja terbentuk awalnya dari munculnya air -misal dari hujan- yang terhimpun ke tempat rendah, menggenang, meresap ke dalam tanah atau di sela celah batuan karst; lalu mencari aliran sungai di bawahnya. Ada juga yang membentuk cekungan maupun "statis-pool" berupa tandon air dalam tanah.

      Dari beberapa penelusuran gua dalam kawasan karst Gombong Selatan bisa ditemukan lorong tegak, banyak aliran air, sungai bawah tanah, bahkan air terjun serta tandon-tandon maupun kolam di dalam perut bumi. Ponor di bagian permukaan terluar, seringkali berhubungan dengan temuan-temuan di kedalaman itu. Dan ketika sebuah ponor tertutup, bisa karena sampah hutan atau lumpur sedimentasi- maka fungsi ponor menjadi mati. Matinya ponor ini dialami oleh, salah satunya Ponor Sawi.  

      PONOR LAIN: Seorang warga tengah menunjukkan ponor lainnya (di latar belakang) yang telah direvitalisasi sebelumnya dengan membuat pagar "Jaro" untuk meminimalisir masuknya sampah maupun lumpur yang berpotensi menutup lubang ponor [Foto: MKGS]

      Upaya revitalisasi dengan penetapan waktu 2 hari kerigan yang dijadwalkan dari hasil rembug Sabtu (5/1) oleh pegiat Perpag lintas dukuh di sekretariat Perpag, ternyata memang tak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan sebesar menggali ponor yang ambrol. Hari pertama, Minggu (6/1) terbilang ada 25 orang bekerja sejak pagi hingga lewat tengah hari. Lalu 7 orang melanjutkan pada hari berikutnya disusul 17 orang ikut turun ke lapangan pada hari Selasa (8/1) pada hari dimana galian pada titik ponor telah dipenuhi genangan air.

      Target kerja penggalian hingga mencapai celah aliran sungai bawah tanah rupanya bakal tertunda pula. Mesin pompa air pun diusung ramai-ramai dari desa ke lokasi yang dirimbuni hutan bambu; yang karennya cukup banyak sampah terserak. Dan pekerjaan kolektif ini –orang menyebutnya sebagai kerigan- pun kembali dilakukan pada Minggu (13/1) berikutnya. Setelah mesin sedot menghabiskan genangan air, pekerjaan galian baru bisa dilakukan hingga kedalaman 7 meter. Kali ini tak sepenuhnya berbentuk “piramida terbalik”, karena pada kedalaman itu, bagian tengah harus dibuat lebih tegak pada sisi tebingnya.


      Menyiapkan Embung



      EMBUNG: Dalam "Kerigan Ponor" warga membagi kerjanya untuk menyiapkan embung berukuran 10x8x0,8 meter. Selain untuk tampungan air, embung ini juga dipersiapkan untuk melakukan uji aliran air sungai bawah tanah dengan metode "water-tracing" [Foto: MKGS]

      Mobilisasi warga pada Kerigan Ponor Sawi tak melulu mengerjakan galian gerbang ponor yang tersumbat sedimentasi selama puluhan tahun. Dalam misi ini, Perpag bermaksud memperjelas peta aliran sungai bawah tanah yang terbangun secara alamiah di zona Banjiran.

      Pakar karstologi Dr Ko pernah membuat ressume atas penelitian yang intens di KBAK Gombong Selatan dalam rentang yang cukup lama. Ko membuat rekomendasi pentingnya menjaga keunikan hidrologi karst yang terdapat di bawah bentangan alam pegunungan karst yang di ujung selatan menjorok tepian samudera. Rekomendasi Ko mendasarkan pada tesis hasil penelitiannya, bahwa formasi karst di kawasan itu didominasi oleh jenis karst terumbu. Fakta ini menempatkan KBAK Gombong Selatan sebagai kawasan karst yang paling unik di Asia-Pasifik.

      Menyadari pentingnya menjaga suplai untuk cadangan air tanah, maka Perpag menilai bahwa pekerjaan merevitalisasi Ponor Sawi merupakan kerja strategis dalam proyeksi masa mendatang. Ponor di zona Banjiran ini tak hanya akan bisa mengendalikan banjir luncuran maupun banjir genangan air permukaan. Ia akan menjadi bagian dari tata air sungai bawah tanah yang berfungsi sepenuh-penuhnya.

      Di sisi lain, sinyalemen warga yang hampir menjadi keyakinan empiris bahwa sungai di bawah Ponor Sawi berhubungan dengan sumber air di Lepen Jumbleng, yang keberadaannya telah menghidupi masyarakat sekitarnya; memang perlu diperjelas secara ilmiah untuk memperkuat argumen resistensi masyarakat terhadap ancaman eksplorasi tambang semen.

      Artinya, inisiatif Perpag membangun embung mini berkapasitas 76 meter kubik ini akan menyokong upaya pemetaan sungai bawah tanah. Tentu, pekerjaan saintis ini bakal dilakukan oleh peneliti yang punya kompetensi. Tetapi gambaran dan sarana pendukung awalnya telah mulai disiagakan. Yakni bahwa embung ini diproyeksikan untuk menyokong kerja pemetaan aliran sungai bawah tanah; dengan metode “water-tracing”. []

      Senin, 07 Januari 2019

      Perpag dan Aksi Penyelamatan Kawasan Karst [1]


      • Catatan Kerja Perpag Merevitalisasi Ponor Sawi 


      PONOR: Ponor Sawi yang tengah direviltalisasi tergenang air karena lubang di dasar galian kembali tertutup galian yang longsor. Warga terus melakukan upaya-upaya lanjutan untuk membuat lubang ponor terbuka dan menemukan kembali tembusan menuju sungai bawah tanah [Foto: Perpag]  

      Kerja Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) merevitalisasi ponor di kawasan karst Gombong selatan yang dimulai sejak pekan ketiga Desember 2018 menemui kendala teknis amblesnya galian. Ponor Sawi, salah satu dari 4 ponor aktif di zona Banjiran 2 didapati tertutup kembali oleh longsoran galian yang dilakukan sebelumnya; bersamaan dengan luncuran air hujan yang masuk lubang ponor.

      Padahal pekerjaan gotong-royong ini telah menghasilkan ditemukannya kembali celah sungai bawah tanah yang berada pada sekira 5 meter di bawah dasar galian. Celah ini diketahui melalui tusukan bambu sepanjang beberapa ruas dan telah dapat menembus jalur lain di bawahnya. Dan hampir bisa dipastikan jalur di bawah itu adalah celah memanjang dari badan sungai dalam perut bumi yang dicari.
      "Dari dasar galian telah dapat ditembus adanya sungai itu. Tapi karena lubang sempit dan rongga di bawahnya gelap, kami tak melihat adanya aliran air", papar Agus Fujianto.
      "Pekerjaan dihentikan pekan lalu karena muncul semburan gas dari bawah celah", ujar Joni menimpali.
      Tak diketahui apakah gas ini beracun atau tidak, namun para penggali menilai terlalu beresiko jika harus melanjutkan pekerjaan hingga temuan celah sungai bawah tanah bisa kembali ditembus.
      “Jadi, pekerjaan penggalian mulut ponor dihentikan saat itu juga”, ujar H Samtilar. Ketua Perpag ini juga ikut terlibat dalam kerja revitalisasi.
      Perihal keyakinan akan adanya sungai bawah tanah di lokasi Ponor Sawi ini didasarkan pada kenyataan 30-40 tahun silam. Ponor Sawi, di zona yang disebut Banjiran 2 masa itu, juga pernah digali karena tertutup longsoran material yang terbawa arus air permukaan.

      Model galiannya kala itu dibuat bentuk piramida terbalik (kukusan_Jw) dan berhasil mengaktifkan ponor ini sebagaimana fungsinya. Namun dalam perjalanan masa berikutnya, bagian bawah Ponor Sawi tertutup material sedimen dan sampah hutan yang terbawa arus banjiran.


      Zona Banjiran

      Disebut Banjiran lantaran selama berpuluh tahun di sekitar zona itu muncul genangan air, terutama setelah hujan turun. Tipografi lokasi ini secara harfiah merupakan ceruk bumi yang memanjang sekira 400 meter dan memiliki tikungan diantara dua kaki di bawah lereng perbukitan karst wilayah hulu pedukuhan Karangkamal, Desa Sikayu. Diantara zona di kedua tikungan ini diberi penandaan dengan sebutan Banjiran 1 dan Banjiran 2.

      Zona Banjiran berada sekira 700 meter jauhnya dari lokasi Gua Pucung yang diyakini sebagai salah satu simpul tata-air kawasan Karst Gombong selatan. Di zona Banjiran 2 ini lah Ponor Sawi berada pada sekitar 20 meter tak jauh dari satu ponor lagi yang titiknya lebih rendah di ujung lainnya yang telah dipasang turap bambu untuk meminimalisir luncuran sampah. 

      Di sekitar lokasi Ponor Sawi banyak tumbuh rumpun bambu jenis Ampel dan Petung; dua jenis bambu yang tak begitu populer namun rebungnya -terutama Rebung Petung- dikenal enak dimasak sayur atau dibuat gulai. Beberapa pohon getah putih khas perbukitan karst juga masih bisa dijumpai di sekitarnya. Yang lain adalah pohonan seperti jati, mahoni, albasiah; perdu-perdu dan sedikit tanaman budidaya jenis holtikultura yang ditanam warga. Namun tak jauh dari tikungan Banjiran terdapat pula lahan sawah yang biasa ditanami padi Gaga.. []

      Selasa, 01 Januari 2019

      Revitalisasi Ponor, Kerja Ekologi Perpag di Akhir Tahun


      PONOR: Revitalisasi ponor yang diprakarsai Perpag (Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong) dilakukan secara gotong-royong dengan pelibatan luas warga Desa Sikayu, Buayan. Pekerjaan ini, meskipun tak dilakuan setiap hari, telah dimulai sejak Kamis (20/12/2018); hingga pergantian tahun baru 2019. [Foto: Agus Fujiyanto]

      Apa yang dilakukan Perpag (Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong) di penghujung tahun 2018 memang mesti diapresiasi semua pihak. Kesanggupan organisasi ini dengan mendorong pelibatan luas masyarakat, terutama kalangan pemuda desa; tak cuma jargon belaka.

      Malam itu, beberapa pemuka adat dan pegiat organisasi mendatangi rumah Agus Fujiyanto untuk membahas kabar silam amblesnya beberapa ponor di kawasan hulu Desa Sikayu.

      Ponor adalah celah permukaan bumi yang berfungsi sebagai gerbang resapan air permukaan tanah untuk kemudian masuk dalam suatu sistem hidrologi dan membentuk tata air di dalam perut bumi. Secara kasat, ponor ini bisa dianalogikan sebagai lubang biopori yang dalam skala kecil bisa berfungsi sebagai lubang resapan air tanah. 
      Manfaatnya dalam skala makro akan menjaga pasokan serta ketersediaan air tanah. Fungsi turunan lainnya, ponor punya kemampuan dan dapat berfungsi sebagai pengendali ancaman banjir bandang pada musim curah hujan tinggi.

      Meski di kawasan karst Gombong selatan, terutama di Desa Sikayu, belum ada data pasti mengenai berapa jumlah ponor yang ada di sana, sebagaimana disinyalir Agus Fujiyanto; namun penduduk meyakini jumlahnya bukan lagi puluhan tetapi bilangannya mencapai ratusan. Keyakinan ini diamini ketua Perpag sendiri, H Samtilar. Juga para tetua lainnya seperti Siabu, Sutoyo, Sumeri, Joni, Srawin dan lainnya.

      Perbincangan malam itu di perbukitan karst Desa Sikayu sampai pada cerita seputar amblesnya beberapa ponor yang tentu saja tak selesai kalau hanya dibahas. Dalam konteks apa yang mesti dilakukan, akhirnya para tetua menyerahkan tugas ini kepada Agus malam itu, untuk bersama pemuda lainnya agar aktif dan terlibat langsung dalam pekerjaan revitalisasi ponor ini.

      Hasilnya, ada sekitar 30-an relawan desa tergabung dalam tim kerja, yang meski tak setiap hari, namun secara tetap maupun bergiliran secara gotongroyong memulai pekerjaan penggalian ulang ponor agar bisa kembali berfungsi. Pekerjaan kolektif ini dilakukan mulai Kamis (20/12) hingga melampaui pergantian tahun baru 2019.


      Ponor Sawi Banjiran 2

      BANJIRAN 2: Ponor Sawi atau disebut pula Ponor Banjiran 2 yang pernah runtuh ini tengah direvitalisasi; dipenuhi limpahan air. Tim pekerja berencana akan melakukan tusukan bor untuk membuka akses ke aliran sungai bawah tanah di kedalamannya [Foto: Agus Fujiyanto] 

      Banyak kisah tutur seputar keberadaan ponor di kawasan bentang alam karst (KBAK) Gombong selatan, dan juga di luar kawasan lindung eco-karst ini; lengkap dengan narasi dalam bentuk legenda maupun cerita rakyat setempat.

      Selain cerita tutur yang sisanya masih lekat dalam ingatan kolektif para sepuh Desa Sikayu, Ponor Sawi, atau disebut juga Banjiran 2, merupakan ponor aktif yang diduga kuat memiliki tembusan mengaliri sumber air permukaan Lepen Jeblosan di dusun Karangkamal. Itu sebabnya Ponor Sawi menjadi salah satu pilihan buat direvitalisasi.

      Secara kasat ponor ini terpeta berada di sebelah timur Gua Pucung yang merupakan salah satu “pusat” tata air (hydrosistem) karst Gombong selatan dan ketinggian sumber airnya sekitar 5 meter masih di bawah permukaan sumber air Gua Pucung. Anehnya, hasil uji Water-Tracing yang dilakukan bagi riset akademik (dengan pelibatan kawal pemuda Perpag) dan dimula dari Gua Pucung tak muncul eksesnya di Lepen Jeblosan.

      Artinya, diduga kuat aliran sungai yang berada di bawah Ponor Sawi merupakan aliran sungai bawah tanah lain yang berbeda dengan keluaran, misalnya, Gua Candi ke Kali Sirah maupun sumber-sumber air permukaan lainnya. Tim penggalian revitalisasi mensinyalir bahwa sungai di bawah Ponor Sawi memiiki aliran tersendiri yang bersumber dari tandon lain di Desa Banyumudal.. []