Rabu, 16 September 2015 | 01:51
PT Semen Gombong berencana beroperasi tahun ini. Namun, aksi koorporasi ini ditentang warga yang khawatir desanya mengalami kekeringan.
Varia.id, Kebumen – Desa Banyumudal dikenal sebagai surga air di Kebumen, Jawa Tengah. Banyu dalam bahasa Jawa berarti air dan mudal bermakna luber atau meluap. Seperti namanya, desa ini memiliki air yang melimpah hasil serapan pegunungan Karst Gombong Selatan.
Namun, belakangan ini Desa Banyumudal terancam tak lagi dikenal sebagai surga air setelah PT Semen Gombong berencana beroperasi. Warga setempat khawatir, setelah pabrik semen beroperasi akan berdampak terhadap ketersediaan air.
“Pertimbangannya ya itu, masalah air, nanti air menjadi sulit,” tutur Petani Sikayu, Karto. Dia menambahkan saat ini petani bisa memanen padi setahun dua kali karena air yang melimpah.
Petani lainnya, Meri mengaku bisa kehilangan muka kalau tahu nanti anak-cucunya bertanya tentang kelangkaan air di desanya. “Kalau anak cucu saya, seumpa air menjadi langka mereka akan menyalahkan saya. Itu dulu karena kakek saya, menjual lahan untuk pabrik semen,” katanya.
Di dalam proposal analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang diajukan PT. Semen Gombong menyebutkan perusahaan ini akan menambang batu gamping di lahan seluas 99,7 hektar di Desa Sikayu dan Banyumudal. Areal penambangan hanya sebagian dari total lahan yang sudah diberikan izin dari pemerintah kepada PT Semen Gombong seluas 147,5 hektar.
Semen Gombong menyebutkan, peraturan menteri tentang Kawasan Bentang Alam Karst memungkinkan mereka hanya bisa menambang batu gamping di kawasan seluas 147,5 hektar dari potensi 255. Dari penambangan seluas itu, PT. Semen Gombong memperkirakan dapat menghasilkan 2 juta ton batu gamping per tahun. Untuk batu lempung, mereka akan menambang di tanah seluas 124 hektar dengan kapasitas produksi 500 ribu ton setiap tahun.
Menurut Koordinator Masyarakat Karst Gombong Selatan, Supriyanto kawasan yang akan menjadi lokasi pertambangan merupakan karst yang menyerap air. Ia mencatat terdapat lebih dari 200 gua di bawah perbukitan karst Gombong Selatan.
Gua-gua itu membentuk berbagai jejaring sungai bawah tanah. Lebih dari 32 mata air tetap mengalir di musim kemarau.
Mata air itu kebanyakan memiliki kapasitas rata-rata 0,8-10 liter per detik. Mata Air Krowokan di Desa Banyumudal misalnya, memiliki kapasitas 0,6 liter per detik. Sementara, mata air Ubalan di yang sama mencapai kapasitas 3,8 liter per detik.
Sementara, mata air dengan kapasitas terbanyak tercatat adalah mata air Langin Ujung di desa Buayan dengan debit 160 liter per detik dan Sendang Pelus dengan debit 130 liter per detik.
“Dengan limpahan air itu, masyarakat tidak pernah mengalami krisis air bersih meski kemarau,” ungkap Supriyanto.
Air yang mengalir dari 32 mata air berguna untuk irigrasi pertanian dan bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kebumen. Berdasarkan catatan PDAM Kebumen, pihaknya menyedot sebanyak 25 liter per detik untuk mengairi kecamatan terpadat di Kebumen, yaitu Gombong.
Semen Gombong sendiri rencananya membutuhkan konsumsi air 45 liter per detik. Dalam rencana pendirian, PT. Semen Gombong menyebut air itu akan dipasok dari PDAM Kebumen.
Namun, ketersediaan air untuk kebutuhan pabrik semen ini dinilai sangat besar. Jika dipaksakan, maka kebutuhan air untuk keperluan warga akan berkurang.
Saat ini warga di 11 kecamatan di Kebumen mengandalkan air untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan perikanan dari kawasan karst tersebut.
“Kawasan bentang alam karst gombong sebagai sumber mata air untuk wilayah kecamatan Ayah, Buayan, Rowokele, Gombong, Karanganyar, Adimulyo, Kuwarasan, Puring, Petanahan dan Klirong,” lanjut Supriyanto
Petugas penjaga air PDAM di mata air Ledeng di Desa Banyumudal, Waras juga menimpali. Ia mengaku pasokan air untuk keperluan pabrik semen sangat besar. Sebab, kebutuhan air PDAM untuk Gombong sendiri tidak cukup dari mata air di Banyumudal. “Tidak cukup. Untuk Gombong saja mesti digabung dengan waduk Sempor,” ujarnya.
Dengan perkiraan tersebut, penolakan beroperasinya PT Semen Gombong pun makin meluas. Sekretaris Gabungan Kelompok Tani Mitra Argo, Hersito di desa Nogoraji mengklaim para petani menolak rencana pembangunan PT. Semen Gombong karena mengancam mata pencaharian mereka. “Mayoritas menolak. Cita-cita kita jangan sampai jadi pabrik ini,” ujarnya.
Selain soal air, Hersito mengaku warga sekitar menolak karena khawatir akan dampak polusi suara dan udara dari olahan semen. “Wah, sudah tidak nyaman sekali (kalau semen jadi). Mobil besar ke sana ke mari,” ungkapnya.
Selain itu, warga juga khawatir aktivitas penambangan mengakibatkan wabah penyakit dan hama wereng. Pasalnya, aktivitas penambangan semen akan berdampak pada hilangnya gua dan mengganggu habitat kelelawar. Kelelawar di sini berfungsi menjaga keseimbangan hama wereng.
Sampai informasi ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari PT. Semen Gombong. Ketika Varia.id mengunjungi kantor PT. Semen Gombong di Desa Nogoraji, Jumat 14 Agustus 2015, tak tampak aktivitas di perkantoran. Saat itu hanya ada petugas kebersihan kantor yang mengatakan, hanya tim AMDAL yang berkantor di situ.
Setelah itu, Varia.id juga berusaha menemui Site Manajer PT. Semen Gombong Tineke Sunarni di rumahnya di Jatiroto, Rowokele, Kebumen. Akan tetapi hanya terdapat penjaga rumah. Hingga kini, tidak ada tanggapan.
Dalam pelbagai kesempatan kepada media, PT Semen Gombong membantah penambangan semen akan merusak gua-gua alami. PT Semen Gombong mengklaim penambangan hanya menambil 3-5 persen dari total kawasan karst Gombong seluas 4.894 hektar. Terlebih, lokasi tambang di timur karst tidak akan bersinggungan dengan gua-gua yang berada di kawasan barat.
Sementara, Pemkab Kebumen mendorong PT Semen Gombong segera beroperasi. Sekretaris Daerah Kebumen Adi Pandoyo beralasan, operasional PT Semen Gombong akan mendongkrak perekonomian Kebumen. “Saya kira akan banyak berpengaruh pada aspek perekonomian, Pendapatan Asli Daerah, juga efek berantai,” ujarnya.
Adi menambahkan, PT Semen Gombong dapat menciptakan lapangan kerja. Dalam rencana pembangunan, PT Semen Gombong menyebutkan, pembangunan pabrik semen dapat menyerap tenaga kerja hingga 2.300 orang.
Adi Pandoyo menambahkan, pemerintah kabupaten menyerahkan sepenuhnya persoalan kelayakan lingkungan PT Semen Gombong pada komisi AMDAL Jawa Tengah. “Saya pikir, dari AMDAL itu yang nanti menyampaikan, Karen itu ahlinya, dari aspek bagiamana mempertahankan air dengan semen jadi,” ujar Adi. Ia hanya berharap, tidak ada dampak buruk ketika PT Semen Indonesia mulai beroperasi.
Adi menambahkan, kecamatan-kecamatan di Kebumen tidak akan kekurangan air bersih. Sebab, Pemkab Kebumen akan mendorong PDAM memanfaatkan waduk Wadaslintang di perbatasan Kabupaten Wonosobo.
Tunggu Keputusan AMDAL
PT Semen Gombong semula merencanakan proyek mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Pada 10 Desember 2014, PT Semen Gombong melakukan konsultasi publik di ruang pertemuan pabrik PT Semen Gombong, Nogoraji. Pertemuan itu diwarnai perdebatan soal dampak air dan dampak lingkungan.
Selain itu, PT Semen Gombong diminta menjamin proses penilaian, pembahasan sampai dengan penetapan AMDAL secara transparan dan akuntabel.
Sekretaris Gabungan Kelompok Tani Mitra Argo, Hersito yang hadir dalam pertemuan itu mengeluhkan, ia tidak mendapatkan informasi terbaru soal rencana pembangunan proyek itu. “Saya pernah melihat ada tim AMDAL, tapi mereka tidak menemui warga,” ujar Hersito.
Hersito mengaku, suara warga memang tidak bulat. Menurutnya, sebagian kecil masyarakat menerima PT Semen Gombong. “Kadang-kadang ada yang tergiur. Setelah bertemu dengan kita, iya, tenaga lokal kan memang semusim pada waktu pembangunan pabrik, Setelah itu ya, ia punya kewenangan untuk memilih soal tenaga yang punya keahlian,” ujar Hersito
Kini, PT Semen Gombong masih berjibaku dengan proses AMDAL. Jika komisi AMDAL Jawa Tengah meloloskan, perusahaan ini akan langsung memulai proses pembangunan pabrik semen.
0 komentar:
Posting Komentar