Selasa, 15 September 2015 | 17:20
Calon Lokasi Tambang Kapur PT Semen Gombong (Guruh/Varia.id)
Sempat berhenti karena krisis moneter. proyek semen di Karst Gombong Selatan kembali bangkit. Masyarakat di sekitar pun resah akan dampak lingkungan dari operasi tambang dari PT Semen Gombong ini.
Varia.id, Kebumen – Meri, petani Desa Sikayu, Kecamatan Buayan, Kebumen, Jawa Tengah menyesal sudah menjual tanah perkebunannya pada 1995 silam. Saat itu, Meri bersama warga lainnya menjual lahannya kepada PT. Meta Epsa Pribumi Drilling. “Menyesal sekali. Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur,” ujarnya sambal menerawang masa lalu.
Pada 1991, PT. Meta Epsa Pribumi Drilling membidani PT. Semen Gombong. Bermodalkan total Rp 25 miliar, perusahaan itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan penambangan bahan baku semen di Kebumen, Jawa Tengah. Pada 1995, perusahaan itu mulai mengupayakan pembebasan lahan di tiga wilayah; Rowokele, Buayan, dan Ayah.
Meri menyesal menjual sebagian lahannya untuk PT Semen Gembong karena baru-baru ini ia memahami dampak dari kegiatan penambangan. Rumah tinggalnya tak sampai 100 meter dari kawasan tambang. “Kalau sudah beroperasi, kami khawatir akan terjadi kekeringan. Pastinya nanti kami yang tinggal di sekitar pabrik akan kebisingan, dan terdampak polusi udara,” katanya.
Meri mengaku tertipu saat pembebasan lahan dilakukan satu dekade lalu. Ketika itu, aparat desa mengumpulkan warga untuk acara sosialisasi soal pembebasan lahan.
“Kami tidak tahu. Tanda tangan itu kami kira hanya daftar hadir. Ternyata ada persetujuan melepas tanah,” kata Meri.
Selain itu, warga juga sempat menolak dengan tawaran harga pembebasan lahan. Saat itu satu meter tanah dihargai Rp 1500. Akan tetapi protes dari sebagian warga tak berlangsung lama. Kepala dusun yang saat itu terlibat dalam kegiatan sosialisasi pembebasan lahan menyarankan warga untuk segera melepas lahannya.
“Tuh lihat, sudah ada yang melepas lahan, kalau tanahmu tidak dilepas, nanti akan terkepung pabrik,” ujar Meri menirukan cara perangkat desa menakut-nakuti warga. Satu per satu, warga pun melepas lahannya.
Lahan Seharga Sandal Jepit
Warga melepaskan sebagian lahannya kepada PT Semen Gembong dengan berat hati. Setelah kesepakatan terjadi, warga hanya berani bergunjing dan mengeluh di belakang karena harga yang ditawarkan terlalu murah.
“Seharga sandal jepit, saat itu kan sandal jepit Rp 1.500,” ucap Tokoh masyarakat Sikayu, Samtilar.
Pendirian pabrik PT Semen Gombong di Kebumen bukan waktu yang sebentar. Sejak 1995 rencana operasi sudah dimulai. Setahun setelah urusan pembebasan lahan selesai, perusahaan ini mendapatkan izin lingkungan AMDAL dengan no Kep-34/MENLH/8/1996.
Setelah itu, krisis ekonomi mendera. PT Semen Gombong sempat menghentikan rencana operasinya.
Di dalam dokumen proposal AMDAL PT Semen Gombong yang diperoleh Varia.id menyebutkan krisis ekonomi 1999 membuat dampak investasi tidak kondusif. Krisis saat itu berdampak terhadap penambangan batu gamping dan batu lempung.
“Pembangunan dan pengoperasian pabrik semen Gombong tidak dapat direalisasikan,” tulis dokumen tersebut.
Lahan lokasi berdirinya pabrik semen menjadi mangkrak. Warga pun menggunakannya untuk bertani. Bertahun-tahun berlalu, warga tak mengerti terhadap perkembangan proyek.
Pada 2012, PT. Semen Gombong kembali merencanakan penambangan bahan baku semen dengan target ambisius. Kali ini, PT. Semen Gombong berencana memproduksi sebanyak 2,3 juta ton semen per tahun. Angka ini naik 0,8 juta ton per tahun dibandingkan dari rencana pada 1996.
Dalam dokumen yang sama, PT. Semen Gombong mengaku tertarik kembali melakukan eksplorasi akibat laju kenaikan permintaan semen. “Permintaan semen di dalam negeri terus meningkat setiap tahun,” tulis dokumen itu.
Semen Gombong meyakini kebutuhan semen dalam negeri akan terus meningkat hingga 2020. Dari sekitar 47,7 juta ton pada 2011 menjadi sekitar 101 juta ton pada 2020. Artinya, dalam 10 tahun diperkirakan akan terjadi peningkatan kebutuhan semen lebih dari 100 persen.
Varia.id pun menyambangi kantor PT Semen Gombong di Desa Nogoraji untuk mengkonfirmasi proses pelepasan lahan dan penolakan warga. Akan tetapi, saat itu tak terlihat aktivitas di dalam kantor. Halnya serupa juga Varia.id dapatkan saat menyambangi kediaman Site Manajer PT. Semen Gombong, Tineke Sunarni di Jatiroto, Rowokele.
Sementara dalam pelbagai kesempatan kepada media, PT Semen Gombong menjanjikan pembangunan wilayah transisi seluas 50 meter yang ditanami pohon-pohon sebagai pembatas tambang dan pabrik serta pemukiman warga. PT Semen juga berjanji akan menutup kembali proyek galian mereka. Setelahnya, PT Semen Gombong akan melakukan penghijauan.
Editor: Muhammad Irham
http://www.varia.id/2015/09/15/bangkitnya-mega-proyek-semen-gombong/
0 komentar:
Posting Komentar