Perpag Aksi Tanam Pohon

Menghijaukan kembali kawasan karst Gombong selatan, tengah diritis menjadi tradisi aksi berkelanjutan yang dimulai dari Desa Sikayu Buayan [Foto: Div.Media-Perpag]

Bentang Karst Kendeng Utara di Pati

Perbukitan Karst selalu identik dengan sumber-sumber air yang bukan hanya menjadi andalan kebutuhan domestik harian, melainkan juga kebutuhan utama sektor pertanian, perikanan dan kebutuhan agraris lainnya

KOSTAJASA

Koperasi Taman Wijaya Rasa membangun komitmen Bersama Hutan Rakyat - Kostajasa; berslogan "Tebang Satu Tanam Lima" [Foto: Div.Media-Perpag]

Ibu Bumi Dilarani

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

UKPWR

Warga UKPWR (Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso, Roban) tengah melakukan aksi penolakan PLTU Batubara Batang. Aksi dilakukan di perairan Roban (9/1) yang sekaligus merupakan perairan tempat para nelayan setempat mencari ikan [Foto: Uli]

Selasa, 29 September 2015

Warga Kirim Petisi Tolak Penambangan Semen

29, September 2015 0:57 WIB 

KEBUMEN – Sebagian warga yang tinggal di Kawasan Karst Gombong Selatan melakukan penolakan atas rencana penambangan PT Semen Gombong. Penolakan itu diwujudkan dengan mengirim petisi penolakan kepada Dewan Komisi Penilai Amdal Provinsi Jateng, Selasa (29/9).

Petisi penolakan masyarakat yang diprakarsai warga yang tergabung dalam Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Pergag) itu ditandatangani 1.743 orang yang disertai dengan foto copy KTP. Sebagian besar yang menolak penambangan merupakan warga Desa Sikayu, Kecamatan Buayan dan sekitarnya.

Penolakan itu juga dilayangkan kepada pemerintah pusat. Antara lain Presiden Jokowi, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian ESDM, dan Komnas HAM. Juga pemerintah daerah, antara lain gubernur Jateng, bupati Kebumen, dan DPRD Kebumen.

Dampak Lingkungan

Dalam surat pernyataan itu, masyarakat khawatir dampak lingkungan yang diakibatkan penambangan di pegunungan karst Gombong. Pasalnya, PT Semen Gombong akan membangun pertambangan di sekitar sumber air permanen, sungai bawah tanah dan gua-gua, sehingga mengancam fungsi hidrologi pegunungan karst sebagai penampung alami air bawah tanah.

Ketua Perpag Samtilar mengatakan, ada lebih dari 32 sumber mata air yang berasal dai kawasan karst Gombong yang sudah dimanfaatkan masyarakat sejak dulu baik untuk pertanian, perikanan, peternakan, dan rumah tangga.

Sumber mata air pegunungan karst juga dimanfaatkan sebagai sumber air bersih untuk berbagai wilayah lain, seperti Kecamatah Ayah, Gombong, Karanganyar, Adimulyo, Kuwarasan, Puring, Petanagan dan Klirong. Musim kemarau 2015 hampir 100 desa di Kebumen mengalami krisis air.
Sikayu adalah salah satu desa di Kebumen yang tidak mengenal krisis air bersih, karena tercukupi dari sumber air kawasan karst. Sumber mata air berasal dari sungai bawah tanah yang sudah membentuk jaringan lebih dari 11-25 juta tahun lalu di bawah kawasan karst.

’’Jika sumber air itu terhenti atau berkurang debitnya akibat operasi penambangan, maka bencana kekeringan di Kebumen akan bertambah parah,’’ ujar Ketua Perpag Samtilar di Sekretariat PWI Kebumen, Jalan Mayjen Sutoyo sebelum mengirim petisi melalui Kantor Pos Kebumen.

Cacat Hukum

Disebutkannya, ratusan hektare lebih lahan di pegunungan karst Gombong telah dimiliki PT Semen Gombong sejak tahun 90-an. Tahun 1998, PT Semen Gombong menghentikan pengoperasian yang baru 8 persen karena krisis moneter, sehingga dampak kerusakan belum dirasakan warga.

Tahun 2000 hingga 2012 PT Semen Gombong tidak bisa melanjutkan operasi lantaran aturan tidak membenarkan penambangan. Seperti Keputusan menteri ESDM No.1456 K/20/MEM/2000, No. 961 K/40/MEM/2003 dan No.1659 K/40/MEM/2004 dan penetapan Kawasan Karst Gombong Selatan sebagai kawasan Eco Kasrt oleh Presiden SBY di Wonosari, 6 Desember 2004.

Tetapi tahun 2013, telah terjadi perubahan peneta
pam kawasan KBAK menggunakan permen ESDM No 17 tahun 12, di mana telah mengalami pengurangan pada kawasan karst kelas 1 (kawasan lindung-red) seluas 8 km persegi untuk dijadikan sebagai kawasan budi daya yang berarti boleh untuk ditambang. (J19-32)


http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/warga-kirim-petisi-tolak-penambangan-semen/

Rabu, 23 September 2015

Organisasi Penyelamat Karst Gombong Terbentuk



Sejumlah pengurus tengah berdiskusi di sekretariat Persatuan Rakyat Penyelamat Karst. 

Setelah mengalami serangkaian musyawarah dan proses akhirnya Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) terbentuk. Organisasi rintisan yang  berdiri di desa Sikayu ini mewadahi perjuangan masyarakat dengan visi penyelamatan kawasan karst Gombong selatan ini memiliki 1.700 orang anggota dan akan terus berkembang seiring upaya ekspansi basis massanya.

Organisasi yang murni tumbuh dari respons masyarakat terdampak, berkaitan dengan rencana operasionalisasi pt Semen Gombong di Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gombong selatan ini, diawali dari temu musyawarah beberapa kelompok tani di Gapoktan desa setempat. Dalam pertemuan-pertemuan selama bulan Agustus 2015 ini terjadi diskusi dan interaksi pemikiran mengenai pentingnya fungsi karst di kawasan itu. Untuk desa Sikayu sendiri terdapat 6 pedukuhan dan sekitar 80% kawasan karst bakal terancam eksploitasi pabrik semen yang tapaknya dibangun di Desa Nogoraji (Buayan).
  
Struktur organisasi Perpag terdiri dari Ketua Umum Samtilar, Wakil: Lapiyo, Sekretaris I: Nanang Triyadi dan Sekretaris II: Adi Budiawan. Sedangkan Siti Hanifah didaulat sebagai Bendahara. Koordinator: Samsi dan Karjono. Struktur di bawahnya terbentuk di 6 pedukuhan, masing-masing dukuh Jeblosan (Sumeri, Karto Wiyadi, Warisman, Sunaryo);
Karangkamal (Ansori, Darmadi, Sardimin, Siswadi);
Karangreja (Sardi Aswadi, Budi Riyadi, Siti Fatimah, Edi Prayitno);
Kewunen, (Sutoyo, Sarwin, Riyaho, Sumarto); menyusul dukuh Semende (Kukuh cs) dan dukuh Kopek yang saat ini tengah dipersiapkan.

Kontrak Politik Rakyat

Pengalaman berorganisasi masyarakat di Kawasan Bentang Alam Karst Gombong Selatan ini bukan baru kali ini. Masyarakat belajar dari pengalaman empirik yang pernah ada. Pengalaman empirik ini ditambah fakta kejadian yang tengah menimpa berbagai daerah, seperti Kendeng utara dan Giriwoyo; memberi pelajaran seputar kelebihan dan kelemahan berorganisasi serta bagaimana mengelola dinamikanya.

Respons terhadap rencana operasionalisasi pabrik semen di wilayah yang dikategorikan sebagai kawasan karst terumbu [K.1] berdasarkan aturan ekologis; rentan dimanipulasi oleh penentu kebijakan. Tengara manipulasi data dan pemetaannya juga terjadi atas perubahan KBAK Gombong selatan.

Sebagai upaya preventif untuk meminimalisir hal-hal yang merugikan perjuangan masyarakat ke depan, musyawarah pleno Perpag merumuskan suatu Kontrak politik kerakyatan unik yang pernah ada. Subtansi kontrak politik kerakyatan ini, pada intinya merupakan manifestasi ikatan perjuangan murni yang diikuti sangsi sosial dan hukuman denda, terutama bagi pengurus organisasi yang melanggar janji.  

Kamis, 17 September 2015

Desa Surga Air Terancam Kering

Rabu, 16 September 2015

PT Semen Gombong berencana beroperasi tahun ini. Namun, aksi koorporasi ini ditentang warga yang khawatir desanya mengalami kekeringan.

Mata Air Alang Ujung. Mata air terbesar di Kebumen menjadi sumber air kebutuhan warga (Guruh/Varia.id)

Kebumen – Desa Banyumudal dikenal sebagai surga air di Kebumen, Jawa Tengah. Banyu dalam bahasa Jawa berarti air dan mudal bermakna luber atau meluap. Seperti namanya, desa ini memiliki air yang melimpah hasil serapan pegunungan Karst Gombong Selatan.
Namun, belakangan ini Desa Banyumudal terancam tak lagi dikenal sebagai surga air setelah PT Semen Gombong berencana beroperasi. Warga setempat khawatir, setelah pabrik semen beroperasi akan berdampak terhadap ketersediaan air.
“Pertimbangannya ya itu, masalah air, nanti air menjadi sulit,” tutur Petani Sikayu, Karto. Dia menambahkan saat ini petani bisa memanen padi setahun dua kali karena air yang melimpah.
Petani lainnya, Meri mengaku bisa kehilangan muka kalau tahu nanti anak-cucunya bertanya tentang kelangkaan air di desanya. “Kalau anak cucu saya, seumpa air menjadi langka mereka akan menyalahkan saya. Itu dulu karena kakek saya, menjual lahan untuk pabrik semen,” katanya.
Di dalam proposal analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang diajukan PT. Semen Gombong menyebutkan perusahaan ini akan menambang batu gamping di lahan seluas 99,7 hektar di Desa Sikayu dan Banyumudal. Areal penambangan hanya sebagian dari total lahan yang sudah diberikan izin dari pemerintah kepada PT Semen Gombong seluas 147,5 hektar.
Semen Gombong menyebutkan, peraturan menteri tentang Kawasan Bentang Alam Karst memungkinkan mereka hanya bisa menambang batu gamping di kawasan seluas 147,5 hektar dari potensi 255. Dari penambangan seluas itu, PT. Semen Gombong memperkirakan dapat menghasilkan 2 juta ton batu gamping per tahun. Untuk batu lempung, mereka akan menambang di tanah seluas 124 hektar dengan kapasitas produksi 500 ribu ton setiap tahun.
Menurut Koordinator Masyarakat Karst Gombong Selatan, Supriyanto kawasan yang akan menjadi lokasi pertambangan merupakan karst yang menyerap air. Ia mencatat terdapat lebih dari 200 gua di bawah perbukitan karst Gombong Selatan.
Gua-gua itu membentuk berbagai jejaring sungai bawah tanah. Lebih dari 32 mata air tetap mengalir di musim kemarau.
Mata air itu kebanyakan memiliki kapasitas rata-rata 0,8-10 liter per detik. Mata Air Krowokan di Desa Banyumudal misalnya, memiliki kapasitas 0,6 liter per detik. Sementara, mata air Ubalan di yang sama mencapai kapasitas 3,8 liter per detik.
Sementara, mata air dengan kapasitas terbanyak tercatat adalah mata air Langin Ujung di desa Buayan dengan debit 160 liter per detik dan Sendang Pelus dengan debit 130 liter per detik.
“Dengan limpahan air itu, masyarakat tidak pernah mengalami krisis air bersih meski kemarau,” ungkap Supriyanto.
Air yang mengalir dari 32 mata air berguna untuk irigrasi pertanian dan bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kebumen. Berdasarkan catatan PDAM Kebumen, pihaknya menyedot sebanyak 25 liter per detik untuk mengairi kecamatan terpadat di Kebumen, yaitu Gombong.
Semen Gombong sendiri rencananya membutuhkan konsumsi air 45 liter per detik. Dalam rencana pendirian, PT. Semen Gombong menyebut air itu akan dipasok dari PDAM Kebumen.
Namun, ketersediaan air untuk kebutuhan pabrik semen ini dinilai sangat besar. Jika dipaksakan, maka kebutuhan air untuk keperluan warga akan berkurang.
Saat ini warga di 11 kecamatan di Kebumen mengandalkan air untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan perikanan dari kawasan karst tersebut.
“Kawasan bentang alam karst gombong sebagai sumber mata air untuk wilayah kecamatan Ayah, Buayan, Rowokele, Gombong, Karanganyar, Adimulyo, Kuwarasan, Puring, Petanahan dan Klirong,” lanjut Supriyanto
Petugas penjaga air PDAM di mata air Ledeng di Desa Banyumudal, Waras juga menimpali. Ia mengaku pasokan air untuk keperluan pabrik semen sangat besar. Sebab, kebutuhan air PDAM untuk Gombong sendiri tidak cukup dari mata air di Banyumudal. “Tidak cukup. Untuk Gombong saja mesti digabung dengan waduk Sempor,” ujarnya.
Dengan perkiraan tersebut, penolakan beroperasinya PT Semen Gombong pun makin meluas. Sekretaris Gabungan Kelompok Tani Mitra Argo, Hersito di desa Nogoraji mengklaim para petani menolak rencana pembangunan PT. Semen Gombong karena mengancam mata pencaharian mereka. “Mayoritas menolak. Cita-cita kita jangan sampai jadi pabrik ini,” ujarnya.
Selain soal air, Hersito mengaku warga sekitar menolak karena khawatir akan dampak polusi suara dan udara dari olahan semen. “Wah, sudah tidak nyaman sekali (kalau semen jadi). Mobil besar ke sana ke mari,” ungkapnya.
Selain itu, warga juga khawatir aktivitas penambangan mengakibatkan wabah penyakit dan hama wereng. Pasalnya, aktivitas penambangan semen akan berdampak pada hilangnya gua dan mengganggu habitat kelelawar. Kelelawar di sini berfungsi menjaga keseimbangan hama wereng.
Sampai informasi ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari PT. Semen Gombong. Ketika Varia.id mengunjungi kantor PT. Semen Gombong di Desa Nogoraji, Jumat 14 Agustus 2015, tak tampak aktivitas di perkantoran. Saat itu hanya ada petugas kebersihan kantor yang mengatakan, hanya tim AMDAL yang berkantor di situ.
Setelah itu, Varia.id juga berusaha menemui Site Manajer PT. Semen Gombong Tineke Sunarni di rumahnya di Jatiroto, Rowokele, Kebumen. Akan tetapi hanya terdapat penjaga rumah. Hingga kini, tidak ada tanggapan.
Dalam pelbagai kesempatan kepada media, PT Semen Gombong membantah penambangan semen akan merusak gua-gua alami. PT Semen Gombong mengklaim penambangan hanya menambil 3-5 persen dari total kawasan karst Gombong seluas 4.894 hektar. Terlebih, lokasi tambang di timur karst tidak akan bersinggungan dengan gua-gua yang berada di kawasan barat.
Sementara, Pemkab Kebumen mendorong PT Semen Gombong segera beroperasi. Sekretaris Daerah Kebumen Adi Pandoyo beralasan, operasional PT Semen Gombong akan mendongkrak perekonomian Kebumen. “Saya kira akan banyak berpengaruh pada aspek perekonomian, Pendapatan Asli Daerah, juga efek berantai,” ujarnya.
Adi menambahkan, PT Semen Gombong dapat menciptakan lapangan kerja. Dalam rencana pembangunan, PT Semen Gombong menyebutkan, pembangunan pabrik semen dapat menyerap tenaga kerja hingga 2.300 orang.
Adi Pandoyo menambahkan, pemerintah kabupaten menyerahkan sepenuhnya persoalan kelayakan lingkungan PT Semen Gombong pada komisi AMDAL Jawa Tengah. “Saya pikir, dari AMDAL itu yang nanti menyampaikan, Karen itu ahlinya, dari aspek bagiamana mempertahankan air dengan semen jadi,” ujar Adi. Ia hanya berharap, tidak ada dampak buruk ketika PT Semen Indonesia mulai beroperasi.
Adi menambahkan, kecamatan-kecamatan di Kebumen tidak akan kekurangan air bersih. Sebab, Pemkab Kebumen akan mendorong PDAM memanfaatkan waduk Wadaslintang di perbatasan Kabupaten Wonosobo.
Lokasi PT Semen Gombong (Guruh/Varia.id)
Lokasi PT Semen Gombong

Tunggu Keputusan AMDAL
PT Semen Gombong semula merencanakan proyek mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Pada 10 Desember 2014, PT Semen Gombong melakukan konsultasi publik di ruang pertemuan pabrik PT Semen Gombong, Nogoraji. Pertemuan itu diwarnai perdebatan soal dampak air dan dampak lingkungan.
Selain itu, PT Semen Gombong diminta menjamin proses penilaian, pembahasan sampai dengan penetapan AMDAL secara transparan dan akuntabel.
Sekretaris Gabungan Kelompok Tani Mitra Argo, Hersito yang hadir dalam pertemuan itu mengeluhkan, ia tidak mendapatkan informasi terbaru soal rencana pembangunan proyek itu. “Saya pernah melihat ada tim AMDAL, tapi mereka tidak menemui warga,” ujar Hersito.
Hersito mengaku, suara warga memang tidak bulat. Menurutnya, sebagian kecil masyarakat menerima PT Semen Gombong. “Kadang-kadang ada yang tergiur. Setelah bertemu dengan kita, iya, tenaga lokal kan memang semusim pada waktu pembangunan pabrik, Setelah itu ya, ia punya kewenangan untuk memilih soal tenaga yang punya keahlian,” ujar Hersito
Kini, PT Semen Gombong masih berjibaku dengan proses AMDAL. Jika komisi AMDAL Jawa Tengah meloloskan, perusahaan ini akan langsung memulai proses pembangunan pabrik semen.

http://www.varia.id/2015/09/16/desa-surga-air-terancam-kering/

Rabu, 16 September 2015

Desa Surga Air Terancam Kering

Rabu, 16 September 2015 | 01:51
PT Semen Gombong berencana beroperasi tahun ini. Namun, aksi koorporasi ini ditentang warga yang khawatir desanya mengalami kekeringan.

Mata Air Alang Ujung. Mata air terbesar di Kebumen menjadi sumber air kebutuhan warga (Guruh/Varia.id)

Varia.id, Kebumen – Desa Banyumudal dikenal sebagai surga air di Kebumen, Jawa Tengah. Banyu dalam bahasa Jawa berarti air dan mudal bermakna luber atau meluap. Seperti namanya, desa ini memiliki air yang melimpah hasil serapan pegunungan Karst Gombong Selatan.
Namun, belakangan ini Desa Banyumudal terancam tak lagi dikenal sebagai surga air setelah PT Semen Gombong berencana beroperasi. Warga setempat khawatir, setelah pabrik semen beroperasi akan berdampak terhadap ketersediaan air.
“Pertimbangannya ya itu, masalah air, nanti air menjadi sulit,” tutur Petani Sikayu, Karto. Dia menambahkan saat ini petani bisa memanen padi setahun dua kali karena air yang melimpah.
Petani lainnya, Meri mengaku bisa kehilangan muka kalau tahu nanti anak-cucunya bertanya tentang kelangkaan air di desanya. “Kalau anak cucu saya, seumpa air menjadi langka mereka akan menyalahkan saya. Itu dulu karena kakek saya, menjual lahan untuk pabrik semen,” katanya.
Di dalam proposal analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang diajukan PT. Semen Gombong menyebutkan perusahaan ini akan menambang batu gamping di lahan seluas 99,7 hektar di Desa Sikayu dan Banyumudal. Areal penambangan hanya sebagian dari total lahan yang sudah diberikan izin dari pemerintah kepada PT Semen Gombong seluas 147,5 hektar.
Semen Gombong menyebutkan, peraturan menteri tentang Kawasan Bentang Alam Karst memungkinkan mereka hanya bisa menambang batu gamping di kawasan seluas 147,5 hektar dari potensi 255. Dari penambangan seluas itu, PT. Semen Gombong memperkirakan dapat menghasilkan 2 juta ton batu gamping per tahun. Untuk batu lempung, mereka akan menambang di tanah seluas 124 hektar dengan kapasitas produksi 500 ribu ton setiap tahun.
Menurut Koordinator Masyarakat Karst Gombong Selatan, Supriyanto kawasan yang akan menjadi lokasi pertambangan merupakan karst yang menyerap air. Ia mencatat terdapat lebih dari 200 gua di bawah perbukitan karst Gombong Selatan.
Gua-gua itu membentuk berbagai jejaring sungai bawah tanah. Lebih dari 32 mata air tetap mengalir di musim kemarau.
Mata air itu kebanyakan memiliki kapasitas rata-rata 0,8-10 liter per detik. Mata Air Krowokan di Desa Banyumudal misalnya, memiliki kapasitas 0,6 liter per detik. Sementara, mata air Ubalan di yang sama mencapai kapasitas 3,8 liter per detik.
Sementara, mata air dengan kapasitas terbanyak tercatat adalah mata air Langin Ujung di desa Buayan dengan debit 160 liter per detik dan Sendang Pelus dengan debit 130 liter per detik.
“Dengan limpahan air itu, masyarakat tidak pernah mengalami krisis air bersih meski kemarau,” ungkap Supriyanto.
Air yang mengalir dari 32 mata air berguna untuk irigrasi pertanian dan bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kebumen. Berdasarkan catatan PDAM Kebumen, pihaknya menyedot sebanyak 25 liter per detik untuk mengairi kecamatan terpadat di Kebumen, yaitu Gombong.
Semen Gombong sendiri rencananya membutuhkan konsumsi air 45 liter per detik. Dalam rencana pendirian, PT. Semen Gombong menyebut air itu akan dipasok dari PDAM Kebumen.
Namun, ketersediaan air untuk kebutuhan pabrik semen ini dinilai sangat besar. Jika dipaksakan, maka kebutuhan air untuk keperluan warga akan berkurang.
Saat ini warga di 11 kecamatan di Kebumen mengandalkan air untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan perikanan dari kawasan karst tersebut.
“Kawasan bentang alam karst gombong sebagai sumber mata air untuk wilayah kecamatan Ayah, Buayan, Rowokele, Gombong, Karanganyar, Adimulyo, Kuwarasan, Puring, Petanahan dan Klirong,” lanjut Supriyanto
Petugas penjaga air PDAM di mata air Ledeng di Desa Banyumudal, Waras juga menimpali. Ia mengaku pasokan air untuk keperluan pabrik semen sangat besar. Sebab, kebutuhan air PDAM untuk Gombong sendiri tidak cukup dari mata air di Banyumudal. “Tidak cukup. Untuk Gombong saja mesti digabung dengan waduk Sempor,” ujarnya.
Dengan perkiraan tersebut, penolakan beroperasinya PT Semen Gombong pun makin meluas. Sekretaris Gabungan Kelompok Tani Mitra Argo, Hersito di desa Nogoraji mengklaim para petani menolak rencana pembangunan PT. Semen Gombong karena mengancam mata pencaharian mereka. “Mayoritas menolak. Cita-cita kita jangan sampai jadi pabrik ini,” ujarnya.
Selain soal air, Hersito mengaku warga sekitar menolak karena khawatir akan dampak polusi suara dan udara dari olahan semen. “Wah, sudah tidak nyaman sekali (kalau semen jadi). Mobil besar ke sana ke mari,” ungkapnya.
Selain itu, warga juga khawatir aktivitas penambangan mengakibatkan wabah penyakit dan hama wereng. Pasalnya, aktivitas penambangan semen akan berdampak pada hilangnya gua dan mengganggu habitat kelelawar. Kelelawar di sini berfungsi menjaga keseimbangan hama wereng.
Sampai informasi ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari PT. Semen Gombong. Ketika Varia.id mengunjungi kantor PT. Semen Gombong di Desa Nogoraji, Jumat 14 Agustus 2015, tak tampak aktivitas di perkantoran. Saat itu hanya ada petugas kebersihan kantor yang mengatakan, hanya tim AMDAL yang berkantor di situ.
Setelah itu, Varia.id juga berusaha menemui Site Manajer PT. Semen Gombong Tineke Sunarni di rumahnya di Jatiroto, Rowokele, Kebumen. Akan tetapi hanya terdapat penjaga rumah. Hingga kini, tidak ada tanggapan.
Dalam pelbagai kesempatan kepada media, PT Semen Gombong membantah penambangan semen akan merusak gua-gua alami. PT Semen Gombong mengklaim penambangan hanya menambil 3-5 persen dari total kawasan karst Gombong seluas 4.894 hektar. Terlebih, lokasi tambang di timur karst tidak akan bersinggungan dengan gua-gua yang berada di kawasan barat.
Sementara, Pemkab Kebumen mendorong PT Semen Gombong segera beroperasi. Sekretaris Daerah Kebumen Adi Pandoyo beralasan, operasional PT Semen Gombong akan mendongkrak perekonomian Kebumen. “Saya kira akan banyak berpengaruh pada aspek perekonomian, Pendapatan Asli Daerah, juga efek berantai,” ujarnya.
Adi menambahkan, PT Semen Gombong dapat menciptakan lapangan kerja. Dalam rencana pembangunan, PT Semen Gombong menyebutkan, pembangunan pabrik semen dapat menyerap tenaga kerja hingga 2.300 orang.
Adi Pandoyo menambahkan, pemerintah kabupaten menyerahkan sepenuhnya persoalan kelayakan lingkungan PT Semen Gombong pada komisi AMDAL Jawa Tengah. “Saya pikir, dari AMDAL itu yang nanti menyampaikan, Karen itu ahlinya, dari aspek bagiamana mempertahankan air dengan semen jadi,” ujar Adi. Ia hanya berharap, tidak ada dampak buruk ketika PT Semen Indonesia mulai beroperasi.
Adi menambahkan, kecamatan-kecamatan di Kebumen tidak akan kekurangan air bersih. Sebab, Pemkab Kebumen akan mendorong PDAM memanfaatkan waduk Wadaslintang di perbatasan Kabupaten Wonosobo.
Lokasi PT Semen Gombong (Guruh/Varia.id)
Lokasi PT Semen Gombong
Tunggu Keputusan AMDAL
PT Semen Gombong semula merencanakan proyek mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Pada 10 Desember 2014, PT Semen Gombong melakukan konsultasi publik di ruang pertemuan pabrik PT Semen Gombong, Nogoraji. Pertemuan itu diwarnai perdebatan soal dampak air dan dampak lingkungan.
Selain itu, PT Semen Gombong diminta menjamin proses penilaian, pembahasan sampai dengan penetapan AMDAL secara transparan dan akuntabel.
Sekretaris Gabungan Kelompok Tani Mitra Argo, Hersito yang hadir dalam pertemuan itu mengeluhkan, ia tidak mendapatkan informasi terbaru soal rencana pembangunan proyek itu. “Saya pernah melihat ada tim AMDAL, tapi mereka tidak menemui warga,” ujar Hersito.
Hersito mengaku, suara warga memang tidak bulat. Menurutnya, sebagian kecil masyarakat menerima PT Semen Gombong. “Kadang-kadang ada yang tergiur. Setelah bertemu dengan kita, iya, tenaga lokal kan memang semusim pada waktu pembangunan pabrik, Setelah itu ya, ia punya kewenangan untuk memilih soal tenaga yang punya keahlian,” ujar Hersito
Kini, PT Semen Gombong masih berjibaku dengan proses AMDAL. Jika komisi AMDAL Jawa Tengah meloloskan, perusahaan ini akan langsung memulai proses pembangunan pabrik semen.

Bangkitnya Mega Proyek Semen Gombong

Selasa, 15 September 2015 | 17:20


Calon Lokasi Tambang Kapur PT Semen Gombong (Guruh/Varia.id)


Sempat berhenti karena krisis moneter. proyek semen di Karst Gombong Selatan kembali bangkit. Masyarakat di sekitar pun resah akan dampak lingkungan dari operasi tambang dari PT Semen Gombong ini.


Varia.id, Kebumen – Meri, petani Desa Sikayu, Kecamatan Buayan, Kebumen, Jawa Tengah menyesal sudah menjual tanah perkebunannya pada 1995 silam. Saat itu, Meri bersama warga lainnya menjual lahannya kepada PT. Meta Epsa Pribumi Drilling. “Menyesal sekali. Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur,” ujarnya sambal menerawang masa lalu.
Pada 1991, PT. Meta Epsa Pribumi Drilling membidani PT. Semen Gombong. Bermodalkan total Rp 25 miliar, perusahaan itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan penambangan bahan baku semen di Kebumen, Jawa Tengah. Pada 1995, perusahaan itu mulai mengupayakan pembebasan lahan di tiga wilayah; Rowokele, Buayan, dan Ayah.
Meri menyesal menjual sebagian lahannya untuk PT Semen Gembong karena baru-baru ini ia memahami dampak dari kegiatan penambangan. Rumah tinggalnya tak sampai 100 meter dari kawasan tambang. “Kalau sudah beroperasi, kami khawatir akan terjadi kekeringan. Pastinya nanti kami yang tinggal di sekitar pabrik akan kebisingan, dan terdampak polusi udara,” katanya.
Meri mengaku tertipu saat pembebasan lahan dilakukan satu dekade lalu. Ketika itu, aparat desa mengumpulkan warga untuk acara sosialisasi soal pembebasan lahan.
“Kami tidak tahu. Tanda tangan itu kami kira hanya daftar hadir. Ternyata ada persetujuan melepas tanah,” kata Meri.
Selain itu, warga juga sempat menolak dengan tawaran harga pembebasan lahan. Saat itu satu meter tanah dihargai Rp 1500. Akan tetapi protes dari sebagian warga tak berlangsung lama. Kepala dusun yang saat itu terlibat dalam kegiatan sosialisasi pembebasan lahan menyarankan warga untuk segera melepas lahannya.
“Tuh lihat, sudah ada yang melepas lahan, kalau tanahmu tidak dilepas, nanti akan terkepung pabrik,” ujar Meri menirukan cara perangkat desa menakut-nakuti warga. Satu per satu, warga pun melepas lahannya.

Lahan Seharga Sandal Jepit
Warga melepaskan sebagian lahannya kepada PT Semen Gembong dengan berat hati. Setelah kesepakatan terjadi, warga hanya berani bergunjing dan mengeluh di belakang karena harga yang ditawarkan terlalu murah.
“Seharga sandal jepit, saat itu kan sandal jepit Rp 1.500,” ucap Tokoh masyarakat Sikayu, Samtilar.
Pendirian pabrik PT Semen Gombong di Kebumen bukan waktu yang sebentar. Sejak 1995 rencana operasi sudah dimulai. Setahun setelah urusan pembebasan lahan selesai, perusahaan ini mendapatkan izin lingkungan AMDAL dengan no Kep-34/MENLH/8/1996.
Setelah itu, krisis ekonomi mendera. PT Semen Gombong sempat menghentikan rencana operasinya.
Di dalam dokumen proposal AMDAL PT Semen Gombong yang diperoleh Varia.id menyebutkan krisis ekonomi 1999 membuat dampak investasi tidak kondusif. Krisis saat itu berdampak terhadap penambangan batu gamping dan batu lempung.
“Pembangunan dan pengoperasian pabrik semen Gombong tidak dapat direalisasikan,” tulis dokumen tersebut.
Lahan lokasi berdirinya pabrik semen menjadi mangkrak. Warga pun menggunakannya untuk bertani. Bertahun-tahun berlalu, warga tak mengerti terhadap perkembangan proyek.
Pada 2012, PT. Semen Gombong kembali merencanakan penambangan bahan baku semen dengan target ambisius. Kali ini, PT. Semen Gombong berencana memproduksi sebanyak 2,3 juta ton semen per tahun. Angka ini naik 0,8 juta ton per tahun dibandingkan dari rencana pada 1996.
Dalam dokumen yang sama, PT. Semen Gombong mengaku tertarik kembali melakukan eksplorasi akibat laju kenaikan permintaan semen. “Permintaan semen di dalam negeri terus meningkat setiap tahun,” tulis dokumen itu.
Semen Gombong meyakini kebutuhan semen dalam negeri akan terus meningkat hingga 2020. Dari sekitar 47,7 juta ton pada 2011 menjadi sekitar 101 juta ton pada 2020. Artinya, dalam 10 tahun diperkirakan akan terjadi peningkatan kebutuhan semen lebih dari 100 persen.
Varia.id pun menyambangi kantor PT Semen Gombong di Desa Nogoraji untuk mengkonfirmasi proses pelepasan lahan dan penolakan warga. Akan tetapi, saat itu tak terlihat aktivitas di dalam kantor. Halnya serupa juga Varia.id dapatkan saat menyambangi kediaman Site Manajer PT. Semen Gombong, Tineke Sunarni di Jatiroto, Rowokele.
Sementara dalam pelbagai kesempatan kepada media, PT Semen Gombong menjanjikan pembangunan wilayah transisi seluas 50 meter yang ditanami pohon-pohon sebagai pembatas tambang dan pabrik serta pemukiman warga. PT Semen juga berjanji akan menutup kembali proyek galian mereka. Setelahnya, PT Semen Gombong akan melakukan penghijauan.
Editor: Muhammad Irham
http://www.varia.id/2015/09/15/bangkitnya-mega-proyek-semen-gombong/