Mar 30th, 2019
Senin, 25 Maret 2019, Aliansi Masyarakat Peduli Karst melakukan aksi
menolak pembangunan pabrik semen yang ada di Kutai Timur dan Berau. Ratusan
massa aksi dari Aliansi Masyarakat Peduli Karst ini terdari dari 56 organisasi
mahasiswa dan organisasi kedaerahan lainnya, dengan 6 tuntutan massa yang
disuarakan pada aksi di depan kantor gubernur, yaitu: 1) Tolak pembangunan
pabrik semen di Kalimantan Timur. 2) Tolak segala bentuk eksploitasi yang
merusak alam. 3) Berikan hak atas tanah untuk mengembangkan ekonomi terbarukan
yang ramah lingkungan. 4) Tolak RPJMD, R2WP3K, RT/RW Kalimantan Timur. 5) Tolak
segala bentuk kriminalisasi gerakan. 6) Cabut semua IUP yang ada di Karst
Sangkulirang Mangkalihat.
Sebelum memulai aksinya, ratusan massa aksi berkumpul di depan Museum
Samarendah pukul 09:00 WITA. Pukul 10:45, massa aksi melakukan long march dari
Taman Samarendah menuju titik aksi di depan kantor gubernur Kalimantan Timur
dengan membawa bendera organisasi. Ketika melewati depan kantor DPD RI Kaltim,
massa aksi melakukan jalan mundur sebagai wujud kemunduran berpikir dari
gubernur yang menggadaikan kekayaan alam yang dimiliki Kaltim kepada pemilik
modal. Setelah sampai di depan kantor gubernur, massa yang dipimpin oleh korlap
secara bergantian melakukan orasi politik mewakili setiap organisasi yang
tergabung di dalam aliansi AMPK.
Ketua senat fakultas hukum UNTAG Samarinda, dalam orasinya mengatakan bahwa
jangan sampai kawasan karst yang merupakan sumber air akan menjadi sumber air
mata jika pembangunan pabrik semen terjadi di
diwasan Karst Sangkulirang Mangkalihat karena akan menghancurkan
sumber air petani dan masyarakat disana.
Dilanjut oleh Rifki dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia yang
mengatakan bahwa pabrik semen akan menyerap tenaga kerja itu merupakan logika
yang salah, dan kalau mau belajar dari kasus penolakan pabrik semen yang ada di
Kendeng, warga disana berjuang selama 10 tahun dan sampai saat ini pembangunan
semen tetap berlanjut, jadi kita harus menyadarkan masyarat Kaltim secara luas
tentang konsekuensi yang ditimbulkan dari pembangunan pabrik semen.
Perwakilan dari HMI cabang Balikpapan yang ikut bersolidaritas ke
Samarinda, dalam orasinya menyampaikan penolakan terhadap pabrik semen yang
akan dibangun di kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat dan Biduk-Biduk.
Kalimantan yang seharusnya menjadi paru-paru dunia tetapi nyatanya banyak
konflik agraria yang terjadi karena banyaknya alih fungsi lahan menjadi
pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Ini ditambah lagi dengan rencana pembangunan
pabrik semen banyak rakyat yang terampas lahannya untuk kepentingan segelintir
orang.
HMI Kaltara lewat perwakilannya mengatakan bahwa janji kampanye Isran Noor
dengan jargon “Kaltim Berdaulat” nyatanya yang berdaulat harii ini adalah
korporasi-korporasi perusak lingkungan.
Perwakilan mahasiswa Kutim yang terdampak langsung oleh pabrik semen
berorasi dengan tegas mereka menolak adanya pabrik semen karena akan merusak
pariwisata disana yang baru akan dikembangkan. Mereka menuntut agar memajukan sektor
pariwisata yang lebih menjaga kelestarian alam dalam pendapatnya.
Ditengah orasi orasi politik yang disampaikan, ada sebuah truk kontainer
yang melintas jalan dibajak oleh beberapa mahasiswa yang terlibat massa aksi,
ini sekaligus mencerminan gaya organisasi yang tidak mampu mengorganisir
anggotanya sendiri, dan penyakit heroisme yang menjangkiti mahasiswa.
Setelah beberapa perwakilan organisasi menyampaikan orasi politik secara
bergantian. Massa aksi meminta agar Isran Noor sebagai gubernur Kaltim datang
dan menemui massa. Karena terlalu lama menunggu dan tidak dihiraukan oleh
gubernur, massa yang sebelumnya sudah memanas mencoba merobohkan gerbang yang
ada di kantor gubernur dan akhirnya berhasil roboh berhadap-hadapan langsung
dengan aparat dan saling dorong. Sekitar pukul 13:22 salah seorang massa aksi
terkena pukulan di bagian kepala hingga bocor, dan terjadi pelemparan batu dan
tanaman yang dicabut oleh massa aksi. Sementara itu dari pihak jurnalis yang
terkena lemparan batu tidak terima dan terjadi keributan antara mahasiswa
dengan beberapa jurnalis. Ada dua orang dari massa yang diamankan oleh aparat
dan menerima kekerasan fisik. Salah satu diantaranya perempuan perwakilan dari
GMKI, dia diseret oleh polwan kehalaman kantor gubernur dan tidak hanya
mengalami kekerasan fisik namun aparat juga merampas atribut organisasi
miliknya
Kericuhan ini mengakibatkan korban berjatuhan dari mahasiswa dan aparat.
Salah seorang aparat terkena lemparan batu yang mengakibakan luka di bagian
kepala, namun dari mahsiswa juga ada yang terluka di bagian kepala, memar di
bahu dan lengan, serta memar di bagian rusuk karena terkena pukulan dari aparat
yang mengakibatkan setidaknya sembilan orang menjadi korban. Selain itu
beberapa mahasiswa ada yang jatuh pingsan dan sesak nafas.
Pihak kantor gubernur dan kepolisian berdialog dengan Humas aksi dan
bersepakat menunggu 30 menit dari pukul 14:00. Ternyata sampai pukul 15;00
gubernur tetap tidak mau untuk menemui massa. Korlap meminta kepada ketua
masing-masing organisasi untuk melakukan konsolidasi dengan humas aksi terkait
kelanjutan aksi. Konsolidasi menghasilkan kesepakatan massa harus masuk ke
kantor gubernur, kemudian terjadi lagi dorong-dorongan antara massa dan aparat
kepolisian. Tidak adanya kejelasan dari gubernur akhirnya disepakati untuk
menghentikan aksi dan melakukan konferensi pers.
Beberapa jurnalis sempat menolak untuk meliput konfresni pers karena
insiden pelemparan batu yang mengenai salah satu wartawan. Setelah humas dan
korlap meminta maaf atas insiden yang terjadi akhrinya konfrensi pers diliput.
Seluruh organisasi hadir dalam konfrensi pers melalui perwakilannya.
Perlu diketahui dalam penyampaian orasi perwakilan organisasi, bahwa
pembangunan pabrik semen, batu bara, perkebunan kelapa sawit dan perampasan lahan
rakyat yang terjadi di Indonesia merupakan konsekuensi logis dari akumulasi
primitif di negeri kapitalisme terbelakang, dan semakin tinggi kapitalisme
mengkonsolidasi kekuatannya maka praktik perampasan lahan dan penghancuran alam
semacam itu akan sering terjadi. Penguasaan negara borjuis ditangan kapitalis
birokrat hanya memperkuat agenda penguasaan sumber-sumber daya alam yang
merupakan buah kebijakan pemerintah di negri kapitalisme terbelakang yang
menghamba pada kepentingan imperialisme global. Dan dalam beberapa orasi masih
memuat sentimen rasis seperti investor asing, cina. Seolah hanya menyalahkan
investor dari negara imperialis dan membenarkan investor dalam negri yang
sebenarnya sama-sama memiliki watak penindas memperkaya diri sendiri dengan merusak
alam, contoh sederhananya adalah perusahaan Lapindo yang dimiliki Abu Rizal
Bakrie yang menenggelamkan beberapa kecamatan. Dilain hal masih ada yang
berharap pada pemerintah bahwa persoalan ini dapat diselesaikan dengan
membangun sektor pariwisata, seolah itu akan mensejahteraka dan menyelamatkan
rakyat dari ketimpangan hari ini. Harapan agar pemerintah mensejahterakan
rakyat dengan sektor pariwisata tidak bisa dibenarkan, karena persoalan
pariwisata ini tidak terlepas dengan kepentingan kapitalis birokrat dengan
pemodal untuk menumpuk kapital dalam penguasaan industri pariwisata, berharap
pemerintah menjaga kelestarian alam yang tidak akan mungkin terjadi dibawah
tatanan sistem kapitalisme yang selalu membutuhkan lahan baru untuk
dieksploitasi demi menumpuk kapital.
Persoalan ini senada dengan penyampaian Aswin dari LSK dalam orasi terakhir
sebelum evaluasi aksi. Aswin mengatakan bahwa hari ini pemerintah tidak sama
sekali berpihak kepada rakyat. Semua janji lapangan pekerjaan, pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan untuk rakyat hanyalah dalih bagi penguasa dan pemodal
untuk mengeruk dan terus menumpuk kapital karena nyata dibalik kekayaan kaltim
masih banyak yang hidup miskin sedangkan kekayaan tersentral di beberapa orang
saja. Persekongkolan antara elit politik dan pemodal membuat rakyat semakin
sengsara, dan persoalan ekspansi dan eksploitasi ini tidak terlepas dari sistem
ekonomi politik yang ada hari ini yakni sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme
dengan watak eksploitasi, ekspansi, dan akumulasinya kan terus memiskinkan
rakyat dan menghancurkan ruang hidup, ini konsekuensi logisnya. Maka dari itu
untuk menunjukkan kerpada rakyat bahwa pemerintah tidak berkepentingan
dalam mensejahterakan rakyat maka tugas kita hari ini adalah mendorong gerakan
rakyat yang lebih maju dengan tidak memisahkan antara petani, buruh, mahasiswa
dan sektor rakyat lainnya, mendorong kesadaran rakyat dengan kerja-kerja
politik, dengan praktek-praktek yang revolusioner dan tentunya dengan
kepemimpinan partai revolusioner.
Setelah itu, dilakukan evaluasi aksi. Dalam evaluasi, ada organisasi yang
menyayangkan atas kericuhan yang terjadi dan tidak terpimpinnya massa dalam
aksi sehingga substansi dari apa yang diperjuangkan tidak tersampaikan kepada
mayarakat. Disepakati oleh aliansi bahwa setelah 7×24 jam, jika tidak ada sikap
resmi dari gubernur maka akan melakukan konsolidasi lanjutan untuk aksi
selanjutnya yang lebih besar. Semua sepakat bahwa selama 7×24 jam ini akan
diisi dengan kampanye kepada masyarakat tentang dampak jika pabrik semen
didirikan, dan nahaya-bahaya yang mengancam Kalimantan Timur. Pukul 17:00
masa membubarkan diri dan berjalan beriringan kembali menuju taman Samarendah.
Memperjuangkan lingkungan untuk keselamatan bumi dan manusia tidak bisa
dilakukan satu dus hari saja, perjuangan ini akan menjadi perjuangan yang
panjang. Maka dari itu, untuk kami mengajak seluruh gerakan rakyat, petani,
buruh, nelayan, kaum miskin kota, mahasiswa untuk bersolidaritas dan bergabung
menguatkan barisan menolak industri perusak lingkungan dan berbagai bentuk
penindasan. (pa)
0 komentar:
Posting Komentar