Rabu, 17 Agustus 2016

Peringati Hari Kemerdekaan di Sumber Mata Air; Peserta Pondok Mahasiswa VI Bersama Nawakalam Deklarasikan “Pancatirta”

Peserta Pondok Mahasiswa dan Pemuda VI, bersama Organisasi  Pemuda, Desa Bulu Kerto, kota Batu , Jawa Timur; Nawakalam, memperingati hari kemerdekaan Nasional ke 71 di sumber mata Air Umbul Gemulo, salah satu sumber Air terbesar di kota Batu.

17 Agustus 2016, sejumlah Mahasiswa dan Pemuda dari Pondok Mahasiswa dan Pemuda beserta Organisasi Pemuda Nawakalam mengadakan upacara bendera yang tidak seperti biasanya, Upacara ini dilaksanakan di sumber mata Air Umbul Gemulo kota Batu Jawa Timur. 
Upacara ini dilakukan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-71 dan juga upacara ini bertujuan untuk membentuk Pemuda yang sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan mata Air. Selain berupacara mereka juga melakukan Napaktilas mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah di Desa Bulukerto ini.


Sejak pukul 08.00 pagi sudah terlihat banyak peserta yang berkumpul Di Balai Warga03 Dusun Cangar, Desa Bulukerto Kota Batu. Sebelum upacara dilakukan, seluruh peserta mengunjungi Makam salah satu Pahlawan Kemerdekaan di Makam dusun cangar desa Bulukerto. Setelah itu seluruh peserta bersiap melakukan Napak Tilas. Dimulai dari titik kumpul awal balai warga 03 Dusun Cangar desa Bulukerto. Seluruh peserta berkumpul membentuk barisan untuk mengheningkan Cipta sambil menyanyikan lagu Darah juang, juga di iringi dengan penjelasan Aris Nawakalam, bahwa dari balai warga itulah perjuangan pertama melawan industri yang ingin memprivatisasi  air dimulai pada tahun 2008 dan terus berlanjut sampai sekarang. 
Setelah itu peserta  memulai napak tilas, peserta mulai berjalan menuju titik selanjutnya sambil menyanyikan lagu-lagu Perjuangan Nasional,  pada barisan paling depan peserta juga membawa boneka, alat music, dan mengibar-ngibarkan bendera merah putih. Peserta terus berjalan hingga tiba di titik selanjutnya yaitu kantor kepala desa bulukerto, “Kita berkunjung ke kantor desa ini, karena di sinilah kepala desa dulu bersepakat dengan investor dan ini merupakan bukti bahwa pemerintah tidak berpihak kepada rakyatnya…” Tegas  Aris sebagai bagian dari penggerak masyarakat dalam menolak privatisasi air di kampungnya tersebut, laki-laki yang usianya kira-kira 30 tahun inikemudian memimpin hening cipta di titik ini. Peserta yang jumlahnya sekitar 50 orang inipun melanjutkan Napaktilas dan menuju tujuan utama yang kira-kira jaraknya 3-5 km dari titik awal guna melangsungkan upacara bendera di sumber mata air.

IMG_20160817_102316
OrasiPolitik Kepala Sekolah PONDOK MAHASISWA dan PEMUDA VI Muhammah Yusuf Ramadhan

Setibanya di titik utama yaitu Sumber Mata Air Umbul Gemulo, perangkat upacara mengambil perannya masing-masing, Vivin (salah satu Peserta Pondok Mahasiswa) sebagai protocol kemudian mempersilahkan peserta untuk memasuki kolam mata air yang dalamnya sepinggang orang dewasa, bendera yang diikatkan ke tiang bambu yang kira-kira panjangnya 5 meter kemudian di tegakkan sebagai tanda dimulainya upacara, protocol kemudian membacakan rangkain acara, yang pertama peserta dihimbau untuk bernyanyi lagu Indonesia Raya, pesertapun bernyanyi dan hormat kepada bendera tanpa ada komando, kemudian setelah itu peserta melanjutkan dengan menyanyikan lagu Darah Juang. 
Seperti upacara kemerdekaan pada umumnya, naskah Proklamasi dan Pembukaan UUD 1945 dibacakan. Setelah itu protocol mempersilakan Yusuf sebagai kepala Sekolah Pondok Mahasiswa dan Pemuda VI untuk menyampaikan orasi politiknya, “kita tidak memandang apa warna kulitnya, agamanya, suku maupun bangsanya untuk bersama berjuang melindungi dan mempertahankan tanah air kita..” begitu tegas kader organisasi FMK—Federasi Mahasiswa Kerakyatan ini. 
Aris juga menyampaikan orasi politiknya pada kali ini, beliau berpendapat bahwa rakyat belum dilibatkan dalam pembangunan bangsa ini, “ada tiga unsur yang utama yang dinilai dari bangsa ini yaitu Negara, pemerintah, beserta rakyatnya. Namun hari ini rakyat tidak mendapat tempat pada bangsa ini”.

IMG_20160817_102625.jpg
Orasi Politik Ketua NAWAKALAM Aris Kentung


Selain dilaksanakan dalam kolam sumber mata air, yang juga berbeda pada upacara ini adalah pembacaan Pancatirta oleh kawan-kawan dari berbagai suku bangsa di Indonesia berdasarkan bahasanya masing-masing diantaranya Madura, Bugis Makassar, Sunda, Jawa, dan Ambon. Pancatirta merupakan teks yang isinya pernyataan sikap dalam bagaimana melindungi air sebagai sumber kehidupan untuk kepentingan rakyat, isinya terjabarkan atas 5 poin diantaranya:
  1. KAMI GENERASI PENERUS BANGSA, MENYATAKAN AKAN MENJADI BARISAN TERDEPAN UNTUK MEREBUT HAK RAKYAT ATAS AIR
  2. KAMI GENERASI PENERUS BANGSA, BERJANJI AKAN SEPENUH HATI MELINDUNGI SUMBER MATA AIR DI BUMI PERTIWI
  3. KAMI GENERASI PENERUS BANGSA, BERANI BERKORBAN MELAWAN SEGALA BENTUK PERUSAKAN SUMBER MATA AIR
  4. KAMI GENERASI PENERUS BANGSA, AKAN MENGAJAK SELURUH LAPISAN MASYARAKAT UNTUK MEMBELA SUMBER MATA AIR
  5. KAMI GENERASI PENERUS BANGSA, AKAN BERJUANGN BERJUANG DEMI KELESTARIAN SUMBER MATA AIR UNTUK GENERASI BERIKUTNYA.
IMG_20160817_102952.jpg
Lima Mahasiswa Pembaca Naskah PANCATIRTA

Pembacaan doa menutup seluruh rangkaiain upacara ini, barisan upacarapun bubar dengan tertib seluruh peserta yang tadinya kelihatan serius berubah seketika mereka kini terlihat ceria dan saling bercanda riang dalam air yang sangat jernih dan dingin itu, sebagian dari mereka ada juga yang meminum air langsung dari corong keluarnya mata air menunjukkan kemurnian dan kebersihan air di sumber air tersebut.
(EWA)

https://mahasiswakerakyatan.wordpress.com/2016/08/17/peringati-hari-kemerdekaan-di-sumber-mata-air-peserta-pondok-mahasiswa-vi-bersama-nawakalam-deklarasikan-pancatirta/

0 komentar:

Posting Komentar