Kamis, 24 November 2016

27.000 Pohon Siap Ditanam di Kawasan Karst Gombong Selatan

24 November 2016 11:09 WIB 

AIR BERSIH: Warga Desa Sikayu, Kecamatan Buayan, Kebumen memanfaatkan air bersih limpahan dari mata air dari dalam gua untuk mencuci, mandi dan kebutuhan sehari-hari. (Foto: suaramerdeka.com/Supriyanto)

KEBUMEN, suaramerdeka.com – Meskipun Amdal PT Semen Gombong sudah dinyatakan tidak layak, tetapi ancaman terhadap ekosistem Karst Gombong Selatan belum juga berakhir. Pasalnya, secara hukum kawasan tersebut hingga saat ini belum juga dinyatakan sebagai kawasan lindung. Sehingga sewaktu-waktu, nantinya dapat dipastikan akan ada pengajuan amdal-amdal baru yang ingin mengekploitasi seluruh Kawasan Karst Gombong Selatan yang menjadi kawasan budidaya tersebut.

Untuk itu, Persatuan Rakyat Penyelamat Karst Gombong (Perpag) mengadakan kegiatan “Gerakan Penghijauan Peduli Karst Gombong Selatan” dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia, Minggu (27/11). Sebanyak 27.000 bibit pohon bakal ditanam dalam kegiatan yang secara simbolis digelar di Desa Sikayu, Kecamatan Buayan itu.

Adapun kepedulian itu dilakukan secara swadaya oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Karst Gombong Selatan dan didukung oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, serta melibatkan para pemerhati lingkungan dari Indonesian Speleological Society.

“Tujuannya untuk meningkatkan atau memperbaiki kembali fungsi hidrologi sumber daya alam ekosistem karst khususnya fungsi mata air berikut habitat flora dan fauna yang ada didalamnya,” ujar Adi Budiawan dari Perpag Kebumen dalam siaran pers yang diterima Suara Merdeka, Kamis (24/11).

Menurut Adi Budiawan, selama 20 tahun lebih sebagian besar kawasan karst yang menjadi kawasan budidaya memang dibiarkan gundul, dan sama sekali tidak ada upaya-upaya penghijauan dari pihak manapun semenjak lahan tersebut dinyatakan pemilikannya oleh PT Semen Gombong, sehingga penurunan nilai ekologi dan estetika di atas lahan yang terlantar tersebut tidak dapat terelakkan. Padahal mata air-mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat itu berasal dari sungai-sungai bawah tanah yang berada di kawasan tersebut.

Maka demi terjaganya kelestarian alam serta menanggulagi berkurangnya debit mata air pegunungan karst, masyarakat desa Sikayu, Nogoraji, Banyumudal, Redisari, Kalisari yang tinggal di sekitar kawasan karst tersebut menunjukan kesadaran sosialnya untuk melestarikan alam. Bagaimanapun air adalah sumber kehidupan bagi manusia dan makluk hidup lainnya.

“Kegiatan ini hanya untuk pelestarian lingkungan, dan para warga sepakat untuk tidak mempermasalahkan hak kepemilikan pohon-pohon yang akan ditanam nantinya, karena kegiatan ini adalah murni gerakan sosial demi terjaganya warisan bumi anak cucu bangsa Indonesia” tandasnya.
Ekosistem Karst

Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gombong Selatan merupakan wilayah fosil prasejarah yang prosesnya berlangsung sejak puluhan ribu tahun silam yang membentuk suatu ekosistem karst. Di dalam ekosistem karst juga terdapat mahluk hidup dan satwa liar kelelawar, walet, burung hantu, landak, dan kera. Wilayahnya terdiri dari ratusan gua-gua aktif yang membentuk suatu jaringan terhubung secara hidrologis dalam aliran sungai bawah tanah yang saling terhubung.

“Beberapa ilmuwan dan pakar ahli karstologi sebelumnya pernah mengatakan jika di wilayah tersebut mengalami kemarau panjang hingga 60 tahun sekalipun masyarakatnya yang hidup di sekitarnya tidak akan kekurangan air,” katanya.

Kawasan Karst Gombong Selatan pernah ditetapkan sebagai kawasan eco-karst yang artinya secara hukum kawasan tersebut terbebas dari usaha penambangan sebagaimana dicanangkan di Wonosari Yogyakarta 6 Desember 2004. Luasannya tercatat di Kementrian ESDM sesuai Kepmen No 1659/40/MEM/2004 yaitu mencapai 48,94 km2.

“Namun atas usulan bupati Kebumen, tahun 2013 di Kawasan Karst Gombong Selatan telah terjadi pengurangan yang luasnya mencapai + 8,05km2. Dengan dijadikannya sebagai kawasan budidaya berarti kawasan tersebut diperbolehkan untuk ditambang,” imbuhnya.

Padahal faktanya di kawasan budidaya tersebut masih banyak terdapat gua-gua, mata air, dan ponor merupakan suatu fitur karst permukaan dimana air dapat masuk ke dalam sistem jaringan air bawah tanah.

Salah satu gua aktif berair adalah gua pucung, mata air dari gua ini adalah pusat mata air yang dimanfaatkan untuk kebutukan pertanian, perikanan, dan rumah tangga oleh warga Desa Sikayu, Banyumudal Kecamatan Buayan dan Desa Kalisari Kecamatan Rowokele.
(Supriyanto/CN19/SMNetwork)
 
http://berita.suaramerdeka.com/27-000-pohon-siap-ditanam-di-kawasan-karst-gombong-selatan/

0 komentar:

Posting Komentar