Posted by speleopartner on
Mendekati putusan PTUN Semarang terhadap sebuah perusahaan patungan
pemerintah dan pemodal asing yang bergerak di industri semen, masyarakat
seperti saya dibombardir oleh propaganda bahwa industri semen ramah
lingkungan. Benarkah demikian?
Saya bukan ahli apapun, hanya seorang praktisi speleologi yang berkiprah hampir 14 tahun di dunia bawah tanah. Pun demikian, pengalaman bersentuhan langsung dengan kawasan karst dan masyarakatnya selama ini membentuk pemahaman yang kuat pada diri saya, bahwa karst adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Bahwa karst memberi manfaat langsung bagi manusia yang hidup di dalam dan sekitarnya saya persaksikan langsung di lapangan. Air, tanah, tumbuh-tumbuhan dan segala bentuk kehidupan di dalamnya membentuk ikatan yang kuat secara berimbang dan tidak saling meniadakan. Harmoni itu yang seharusnya tidak dirusak oleh keserakahan manusia yang bernafsu ingin menguasai segala hal sebagai pundi-pundi hidupnya.
Saya telah mengunjungi banyak kawasan karst yang dihancurkan oleh industri ekstraksi batugamping yang digerakkan pemodal-pemodal besar. Saya melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, saya mendengar langsung penuturan manusia-manusia yang hidup di sana, bukan dari dugaan-dugaan akademis yang dibungkus sampul bermacam judul. Hanya satu yang layak saya katakan, “Industri semen ramah lingkungan hanya impian semata”. Dan mereka yang mengatakannya, jelas sudah bermimpi dan memaksa banyak orang untuk mempercayai mimpinya.
Syahwat luar biasa besar orang-orang yang ingin menggusur hak hidup masyarakat karst kemudian membuat saya tergerak untuk membuka cakrawala yang lebih luas, ke dunia yang lebih maju dan memiliki teknologi lebih canggih dari negara yang saya cintai ini. Apa yang saya jumpai sunggguh membuat saya yakin, bahwa “keramahan” yang dijanjikan semakin jauh dari kenyataan jika tidak inhin dianggap dusta.
Mari kita lihat beberapa hal yang sudah tercatat di beberapa media internasional, apakah teknologi canggih bisa mewujudkan industri semen ramah lingkunga saat ini :
1. Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China menyatakan penutupan sejumlah pabrik di China untuk efisiensi energi yang bertujuan mengurangi emisi karbon. Sejumlah pabrik yang ditutup pemerintah China meliputi 762 pabrik semen, 279 pabrik kertas, 175 pabrik baja dan 84 pabrik pengolahan kulit (K. Bradsher, New York Times, 9/8/2010)
2. Di Propinsi Hebei-China Utara, Pemerintah China menganggarkan 47.7 US dolar lebih untuk membangun instalasi pemantau udara akibat pencemaran Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida yang parah oleh industri baja dan semen. Di samping itu pemerintah China akan mengurangi produksi baja hingga 60 juta ton dan menutup pabrik semen yang memiliki kapasitas produksi 61 juta ton. (Zheng Jingran, China Daily, 28/11/2013)
3. US Environtment Protection Agency (EPA) pada tahun 2010 memaksa Lafarge Company, perusahaan semen terbesar kedua di USA untuk menandatangani kesepakatan mengurangi emisi Nitrogen Oksida (Nox) dan Sulfur Oksida (SO2) dengan membangun instalasi pengurang bahan pencemear dan mengoperasikannya selama 24 jam setiap hari serta membayar civil penalty sebesar 5,075 juta US Dolar (setara 66 Trilyun) kepada pemerintah dalam jangka waktu 30 hari (www2.epa.gov)
4. California Watch melaporkan berdasarkan data inventarisasi EPA tentang bahan beracun yang dilepaskan ke udara, The Lehigh Cement (Heidelberg Grup) di Kota Tehachapi memproduksi emisi merkuri 872 pound (395,5 kg) pada tahun 2010 (ambang batas yang diijinkan adalah 55 pound (24,9kg)/juta ton semen. Untuk pelanggaran ambang batas emisi merkuri ini The Lehigh Cement diwajibkan membayar 1 miliar US dolar, denda sesuai undang-undang yang berlaku 3,4 miliar US dolar. (Sam Pearson, California Watch, 8/2/2012)
Rekaman media internasional tersebut tentu saja belum mencakup semua permasalahan lingkungan di seluruh dunia yang saya yakin lebih banyak jumlahnya, namun demikian seharusnya kita bisa mengukur diri apakah teknologi yang kita miliki, regulasi yang kita punyai dan budaya dalam hal mentaati segala macam aturan selama ini sudah mampu menjadi jaminan bahwa industri semen bisa ramah lingkungan di negara kita? (A.B. Rodhial Falah)
Saya bukan ahli apapun, hanya seorang praktisi speleologi yang berkiprah hampir 14 tahun di dunia bawah tanah. Pun demikian, pengalaman bersentuhan langsung dengan kawasan karst dan masyarakatnya selama ini membentuk pemahaman yang kuat pada diri saya, bahwa karst adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Bahwa karst memberi manfaat langsung bagi manusia yang hidup di dalam dan sekitarnya saya persaksikan langsung di lapangan. Air, tanah, tumbuh-tumbuhan dan segala bentuk kehidupan di dalamnya membentuk ikatan yang kuat secara berimbang dan tidak saling meniadakan. Harmoni itu yang seharusnya tidak dirusak oleh keserakahan manusia yang bernafsu ingin menguasai segala hal sebagai pundi-pundi hidupnya.
Saya telah mengunjungi banyak kawasan karst yang dihancurkan oleh industri ekstraksi batugamping yang digerakkan pemodal-pemodal besar. Saya melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, saya mendengar langsung penuturan manusia-manusia yang hidup di sana, bukan dari dugaan-dugaan akademis yang dibungkus sampul bermacam judul. Hanya satu yang layak saya katakan, “Industri semen ramah lingkungan hanya impian semata”. Dan mereka yang mengatakannya, jelas sudah bermimpi dan memaksa banyak orang untuk mempercayai mimpinya.
Syahwat luar biasa besar orang-orang yang ingin menggusur hak hidup masyarakat karst kemudian membuat saya tergerak untuk membuka cakrawala yang lebih luas, ke dunia yang lebih maju dan memiliki teknologi lebih canggih dari negara yang saya cintai ini. Apa yang saya jumpai sunggguh membuat saya yakin, bahwa “keramahan” yang dijanjikan semakin jauh dari kenyataan jika tidak inhin dianggap dusta.
Mari kita lihat beberapa hal yang sudah tercatat di beberapa media internasional, apakah teknologi canggih bisa mewujudkan industri semen ramah lingkunga saat ini :
1. Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China menyatakan penutupan sejumlah pabrik di China untuk efisiensi energi yang bertujuan mengurangi emisi karbon. Sejumlah pabrik yang ditutup pemerintah China meliputi 762 pabrik semen, 279 pabrik kertas, 175 pabrik baja dan 84 pabrik pengolahan kulit (K. Bradsher, New York Times, 9/8/2010)
2. Di Propinsi Hebei-China Utara, Pemerintah China menganggarkan 47.7 US dolar lebih untuk membangun instalasi pemantau udara akibat pencemaran Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida yang parah oleh industri baja dan semen. Di samping itu pemerintah China akan mengurangi produksi baja hingga 60 juta ton dan menutup pabrik semen yang memiliki kapasitas produksi 61 juta ton. (Zheng Jingran, China Daily, 28/11/2013)
3. US Environtment Protection Agency (EPA) pada tahun 2010 memaksa Lafarge Company, perusahaan semen terbesar kedua di USA untuk menandatangani kesepakatan mengurangi emisi Nitrogen Oksida (Nox) dan Sulfur Oksida (SO2) dengan membangun instalasi pengurang bahan pencemear dan mengoperasikannya selama 24 jam setiap hari serta membayar civil penalty sebesar 5,075 juta US Dolar (setara 66 Trilyun) kepada pemerintah dalam jangka waktu 30 hari (www2.epa.gov)
4. California Watch melaporkan berdasarkan data inventarisasi EPA tentang bahan beracun yang dilepaskan ke udara, The Lehigh Cement (Heidelberg Grup) di Kota Tehachapi memproduksi emisi merkuri 872 pound (395,5 kg) pada tahun 2010 (ambang batas yang diijinkan adalah 55 pound (24,9kg)/juta ton semen. Untuk pelanggaran ambang batas emisi merkuri ini The Lehigh Cement diwajibkan membayar 1 miliar US dolar, denda sesuai undang-undang yang berlaku 3,4 miliar US dolar. (Sam Pearson, California Watch, 8/2/2012)
Rekaman media internasional tersebut tentu saja belum mencakup semua permasalahan lingkungan di seluruh dunia yang saya yakin lebih banyak jumlahnya, namun demikian seharusnya kita bisa mengukur diri apakah teknologi yang kita miliki, regulasi yang kita punyai dan budaya dalam hal mentaati segala macam aturan selama ini sudah mampu menjadi jaminan bahwa industri semen bisa ramah lingkungan di negara kita? (A.B. Rodhial Falah)
0 komentar:
Posting Komentar